Thursday, March 19, 2015

Perkecambahankakao dengan karung goni dan Menyapih Bibit kakao

Perkecambahan dengan karung goni
Tanah bedengan diratakan dan dibersihkan dari gulma, Selanjutnya di atas tanah bedengan diletakkan satu lapis bata merah untuk menjamin drainase yang baik. Bedengan dibuat membujur utara-selatan dan ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan. Bedengan juga diberi atap. Media perkecambahan berupa satu lapis karung goni yang dihamparkan pada lapisan bata merah. Sebelum benih disemai, karung disiram air sampai jenuh. Benih kakao disusun merata di atas media goni dengan jarak 2 x 3 cm. Setelah selesai disusun, benih ditutup lagi dengan satu lembar karung goni. Karung tersebut sebelumnya dicelupkan ke dalam larutan fungisida. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari sampai media persemaian benih cukup basah.

Empat hari kemudian karung dibuka. Benih-benih yang telah berkecambah segera dipindahkan ke polibag dan ditanam di tempat pembibitan. Pemindahan benih ini dapat dilakukan dua kali sehari. Sisa benih ditutup lagi dengan karung goni dan disiram air pada pagi dan sore. Pemeriksaan benih yang berkecambah dilakukan setiap hari sampai hari ke-12. Benih-benih yang sampai pada batas itu belum berkecambah, termasuk benih yang mutunya tidak baik

b) Menyapih Bibit
Benih yang tumbuh secara masal di bedeng perkecambahan biasanya tumbuh saling berdesakan karena rapatnya jarak penebaran benih. Oleh karena itu, kecambah harus segera dipindahkan ke media penyapihan agar pertumbuhannya dapat berlangsung baik.

Penyapihan bibit dilakukan di dalam polibag yang ditata di bedengan. Bedengan penyapihan dibuat dengan lebar 1,2 m, panjang bedengan disesuaikan dengan kebutuhan dan membujur dari utara ke selatan. Antara bedengan yang satu dengan lainnya diberi jarak 0,5 meter untuk drainaase sekaligus untuk jalan pemeliharaan. Selanjutnya bedengan diberi atap untuk mengurangi intensitas sinar matahari.

Media pembibitan dibuat dari campuran tanah lapisan atas (top soil) yang subur, pupuk kandang, dan pasir halus. Perbandingan ketiganya relatif beragam, tergantung pada berat dan ringannya tanah lapisan atas. Perbandingan yang lazim adalah 1:1:1 atau 2:1:1. Sebelum dicampur, setiap komponen diayak dan lolos ukuran lubang 1 cm.

Wadah media pembibitan yang lazim digunakan adalah polibag hitam berukuran 30 x 20 cm dan tebal 0,8 mm yang diberi lubang drainase sekitar 18 lubang per polibag. Polibag diisi media sampai batas 1 cm di bawah bibir polybag, yang selanjutnya disusun di bedengan pembibitan.
Kecambah ditanam di bagian tengah polibag, yakni di lubang yang dibuat dengan jari atau kayu. Saat penanaman, kecambah perlu dihindarkan dari kerusakan akar. Setelah ditanam, tanah di kanan dan kiri kecambah dipadatkan sedikit dengan jari.

Jika kulit benih yang ditanam belum dikupas, sering dijumpai kecambah tumbuh abnormal karena mengalami kesulitan membuka keping biji (kotiledon) yang terhambat oleh kulit biji (testa). Akibatnya, ujung tunas dari kecambah kakao (epikotil) tumbuh sangat lemah dan pertumbuhan selanjutnya tidak normal. Jumlah kecambah yang tampak seperti itu bisa mencapai sekitar 6%. Cara mengatasinya adalah membantu pembukaan kotiledon dengan cara membuang testa yang masih menempel di kotiledon yang telah terangkat ke permukaan tanah. Dengan cara itu abnor-malitas kecambah dapat ditekan sampai hanya tinggal 1%.


Tindakan pemeliharaan bibit yang diperlukan meliputi penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakitserta pengendalian gulma.
Sampai berumur dua bulan, penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Selanjutnya sampai berumur enam bulan, penyiraman dilakukan satu kali sehari. Tujuan

penyiraman adalah untuk menyediakan lengas yang cukup, sehingga perlu diperhatikan agar tidak terjadi pencucian hara. Karenanya, sebaiknya penyiraman dilakukan secukupnya, tidak kurang dan tidak lebih. Penyiraman dianjurkan menggunakan gembor atau sprayer yang memiliki ukuran atau takaran.

Bibit perlu dipupuk agar pertumbuhannya kuat. Jenis dan jumlah pupuk yang diberikan ditentukan oleh tingkat kesuburan media. Media yang menggunakan pupuk kandang atau kompos, lazimnya cukup dipupuk nitrogen yaitu dengan ZA 2 gram/bibit (sekitar 1 sendok teh) dan diberikan sekitar 5 cm di sekitar batang. Jika menggunakan Urea, dosisnya setengah dari dosis ZA tersebut. Pemberian pupuk dimulai satu bulan setelah kecambah ditanam. Segera setelah pupuk diberikan dilakukan penyiraman secukupnya.

Bibit perlu dilindungi dari serangan hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang bibit kakao antara lain belalang, berbagai macam ulat, siput (bekicot), dan kutu. Hama bisa dikendalikan secara manual dan dapat juga dengan insektisida yang dianjurkan.

Penyakit yang sering menyerang bibit kakao adalah bermacam-macam jamur, seperti Fusarium, Phytophtora, dan Colletotrichum. Penyakit ini bisa dikendalikan dengan fungisida yang dianjurkan. Penyebaran serangan penyakit perlu dicegah dengan jalan memisahkan bibit yang terserang dan jika perlu memusnahkannya. Tindakan sanitasi bedengan dan sekitamya perlu selalu dilakukan agar tercipta lingkungan yang sehat.

Penyiangan tumbuhan penggangu bisa dilakukan secara manual, tetapi teratur. Gulma, baik yang tumbuh di dalam polibag maupun di luar harus dikendalikan.
Bentuk pemeliharaan yang lain berupa membuang (mewiwil) tunas-tunas samping yang kadang-kadang tumbuh dari ketiak daun pertama kecambah dari keping biji, Perlu diusahakan agar bibit hanya mempunyai satu tunas, sehingga pertumbuhannya lebih gigas dari pada bibit yang mempunyai dua tunas atau lebih.

No comments:

Post a Comment