Friday, April 3, 2015

Budidaya rumput laut Metode lepas dasar (off bottom method)

Metode lepas dasar (off bottom method)
Metode lepas dasar adalah metode penanaman rumput laut yang dilakukan di badan air. Metode ini telah banyak dilakukan oleh pembudidaya ruput laut, hal ini karena metode ini dapat digunakan pada perairan dengan kedalaman 0,5 – 2 m, sehingga metode ini dapat digunakan pada budidaya rumput laut yang dilakukan di laut maupun di tambak. Metode lepas dasar biasa digunakan pada perairan lepas yang memiliki kedalaman lebih dari 60 m pada saat surut terendah dengan dasar perairan sedikit berlumpur ataupun pasir berbatu, yang berarus sedang.

Penggunaan metode lepas dasar untuk penanaman rumput laut dapat dikelompokkan berdasarkan teknologi yang digunakan yaitu :
(1) Metode tali tunggal (monoline method)
Metode ini merupakan perbaikan dari metode dasar, dimana pada daerah yang telah ditetapkan dipasang patok-patok yang terbuat dari kayu atau bambu secara teratur dan berjarak. Pada sisi yang berlawanan juga dipasang patok dengan jarak yang sama. Patok dihubungkan dengan patok yang lainnya dengan tali yang berisi bibit rumput laut tersebut. Metode ini digunakan pada dasar perairan pasir atau berlumpur pasir.

Metode ini menggunakan tali nilon/plastik sepanjang 3 – 5 m yang diikatkan pada patok yang tingginya kurang lebih ±1 m. Bibit rumput laut seberat ±100 gr diikatkan dengan menggunakan tali rafia dengan jarak 20 – 30 cm pada setiap talinya. Pemasangan tali tunggal harus menyesuaikan dengan arah arus air, pemasangan unit sebaiknya tidak melawan arus air. Hal ini agar unit penanaman tidak mudah rusak atau terbawa arus, namun bibit masih mendapat suplai oksigen dan nutrien yang terbawa oleh arus air. Pengikatan tali tunggal dengan tiang pancang pun sebaiknya tidak terlalu kencang ataupun terlalu longgar.

Pemasangan unit tali tunggal atau lepas dasar sebaiknya juga berjarak 30 – 50 cm di bawah permukaan air pada saat pasang, hal ini karena pada jarak tersebut sinar matahari masih dapat menembus perairan sehingga rumput laut masih dapat melakukan proses fotosintesis dengan optimal yang mendukung pertumbuhan rumput laut.

(2) Metode jaring (spider web method)
Metode jaring merupakan pengembangan dari metode tali tunggal. Metode ini dikembangkan untuk meningkatkan produktifitas rumput laut yang dihasilkan. Sehingga dibuat jaring yang memiliki konstruksi lebih kuat terhadap hempasan ombak/arus air. Metoda jaring lepas dasar adalah metoda penanaman rumput laut dengan menggunakan jaring net berukuran 2,5 x 5 m2 dengan lebar mata jaring 20 – 25 cm. Benih rumput laut diikat pada setiap simpul mata jaring sebanyak 100 – 150 gram.


(3) Metode kantong (tubular method)
Metode kantong merupakan pengembangan dari metode tali tunggal dan jaring. Bibit rumput yang ditanam dimasukkan ke dalam kantong untuk menghindari bibit yang terikat rusak dan terbawa arus. Dengan metode kantong bibit yang ditanam juga terhindar dari hama predator. Kantong yang dibuat dari jaring diikatkan pada tali yang telah diberi jangkar sebagai penahan terhadap gelombang, sehingga kantong lebih kuat dan stabil.

Metoda jaring lepas dasar berbentuk tabung merupakan metode penanaman dengan menggunakan jaring berbentuk tabung yang diletakkan dengan kayu penyangga yang diletakkan 60 cm dari dasar perairan dan masing-masing benih rumput laut dimasukkan kedalam jaring tersebut yang ukuran mata jaringnya 2,5 cm dengan diameter tabung 5-10 cm. Ukuran mata jaring juga harus menyesuaikan ukuran bibit rumput laut yang ditanam. Semakin besar ukuran bibit maka kantong jaring yang digunakan juga semakin lebar. Tiang pancang yang digunakan harus mampu menahan bobot bibit yang ditanam dalam kantong jarring. jarak tiap tiang pancang adalah 3 – 5 m sedangkan jarak tiap kantong 25 – 30 cm. Keuntungan penggunaan metode ini pertumbuhan rumput laut yang dibudidaya dapat mencapai 3-6 cm, relatif lebih aman dari

Budidaya rumput laut Metode apung

c) Metode apung (floating method)
Metode apung hampir sama dengan metode lepas dasar perbedaannya adalah posisi tanam yang berada di permukaan air laut, sehingga metode ini lebih banyak membutuhkan pelampung. Metode apung dapat digunakan pada perairan yang memiliki kedalaman tinggi hingga 3-10 m. dengan dasar perairan yang beragam, dan dapat

digunakan pada perairan dengan arus air sedang hingga kuat. Teknik budidaya yang digunakan dalam metode ini antara lain :
(1) Metode tali (longline method)
Metode tali yang digunakan pada penanaman rumput laut secara apung hampir sama dengan metode tali yang digunakan pada lepas dasar, perbedaannya terletak pada pemberat. Jika pada lepas dasar tali terikat pada tiang pancang, pada posisi terapung tali diikat dengan jangkar atau pemberat sehingga unit tidak terbawa arus perairan. Tali juga diikatkan dengan pelampung supaya bibit rumput laut tidak tenggelam ke dasar perairan. panjang tali yang digunakan dapat bervariasi antara 3-30 m tergantung pada karakteristik peraiaran.

Penggunaan tali pada metode apung dapat menggunakan tali tunggal maupun tali ganda. Penggunaan tali ganda dinilai lebih efektif karena nilai yang dihasilkan juga akan lebih banyak jika dibandingkan dengan tali tunggal. Pada penanaman yang menggunakan tali ganda, tali diikatkan pada sebilah bambu dimasing-masing sisinya sepanjang 3-10 m. jarak masing-masing tali berkisar antara 25 – 30 cm.

(2) Metode rakit (raft method)
Metode rakit merupakan teknik penanaman rumput laut yang banyak digunakan di Indonesia. Metode rakit untuk penanaman rumput laut hanya dapat digunakan untuk penanaman rumput laut yang dilakukan di laut lepas yang berarus kecil sampai sedang (20 – 40 cm/detik) dengan ketinggian air saat surut > 80 cm dan dasar perairan pasir berbatu atau sedikit berlumpur. Metode rakit biasanya juga diterapkan pada lepas dasar maupun apung, karena posisi rakit dapat diletakkan di badan perairan atau di permukaan perairan. Metode rakit yang terapung di permukaan dapat digunakan di perairan laut yang agak dalam hingga mencapai 10 m tergantung pada kekuatan konstruksi dan tali yang digunakan, karena metode ini dapat bergerak bebas dan hanya bertumpu pada jangkar di dasar perairan.


Ukuran rakit biasanya berkisar antara 2,5 x 2,5 m atau 2,5 x 5 m, hal ini merupakan ukuran yang tepat untuk pembuatan rakit karena bila jarak terlalu jauh atau ukuran rakit terlalu besar dapat mengurangi ketegangan tali yang digunakan sehingga tali akan menjuntai karena bibit yang diikatkan terlalu berat. Metode rakit


dapat menggunakan tali monoline dengan membentuk sejajar atau dengan berbentuk seperti jaring dengan jarak antara tanaman yang sama yaitu 20 – 25 cm. pelampung utama diikatkan pada setiap sudut rakit dan dibantu dengan pelampung bantuan yang ukurannya lebih kecil di beberapa titik rakit untuk membantu menjaga posisi rakit agar tidak tenggelam. Jumlah pelampung disesuaikan dengan ketinggian rakit yang diharapkan. Posisi rakit yang berada di permukaan dan terkena sinar matahari langsung rawan terhadap serangan penyakit rumput laut, karena rumput laut yang terkena sinar matahari langsung dalam waktu yang cukup lama dapat rusak dan akhirnnya mati. Sebaiknya posisi bibit rumput laut yang terikat dirakit sedikit tenggelam minimal 10 cm dibawah permukaan air untuk menghindari kerusakan bibit yang dibudidayakan


Rakit dapat dibuat dari potongan kayu atau bambu yang diikat membentuk persegi panjang atau bujur sangkar. Setiap sudut rakit diberi pelampung yang terbuat dari bahan plastik dengan bentuk dan ukuran disesuaikan dengan bobot rakit yang dibuat. Bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan rakit adalah sebagai berikut :
  •  Bambu diameter 10 cm dengan panjang 5 m sebanyak 2 buah, berfungsi sebagai pengapung
  •  Bambu berdiameter 5 cm dengan panjang 2,5 m sebanyak 2 buah, berfungsi sebagai perentang tali untuk melekatkan bibit
  • Tali untas merupakan tali untuk tempat mengikat bibit rumput laut dengan panjang 4 m, 1,5 m digunakan untuk mengikat kedua ujung tali untas ke bambu, 2,5 m dilengkapi dengan tali rafia dengan jarak 25 cm, sehingga 1 tali untas terdapat 10 tali rafia yang berfungsi untuk tempat mengikat bibit rumput laut. Tali untas terbuat dari plastik multifilament berdiameter 7 mm yang diikatkan pada bambu berdiameter 2,5 cm, usahakan menggunakan tali multifilament karena lebih kuat dan tahan lama, dengan jarak antar tali 20 cmTali rafia untuk mengikat benih (berat benih sekitar 50 – 100 gram) jarak tiap ikatan bibit sekitar 20-25 cm.
  • Jangkar yang terbuat dari besi atau batu yang dapat berfungsi sebagai pemberat sehingga tidak merubah posisi rakit. Pemberat dapat juga dibuat dari karung berisi pasir. Salikin (2005) menambahkan bahwa masing-masing pemberat ± 100 kg. panjang tali pemberat 1,5 – 2 kali kedalaman perairan. Tali pemberat yang digunakan poliethilen dengan diameter 10 cm.

Penanaman rumput laut dengan menggunakan metode rakit memerlukan alat tambahan berupa kayu atau bambu yang berfungsi sebagai penanda atau rambu di laut untuk menghindari lalu lintas di laut sehingga areal budidaya dapat diketahui oleh orang lain, atau dapat juga digunakan sebagai penanda bahwa dilokasi tersebut merupakan areal budidaya rumput laut perorangan atau kelompok.
Untuk meningkatkan produksi rumput laut satu unit rakit yang telah dibuat (2,5 x 2,5 m) dapat digabungkan menjadi 2 atau 4 unit. Penggabungan unit rakit yang dibuat dapat secara horizontal (melebar) atau vertikal (bertumpuk) hal ini disesuaikan dengan karakteristik perairan, karena nantinya akan berpengaruh terhadap suplai nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan rumput laut.

(3) Metode kantong (tubular method)
Metode kantong dalam budidaya rumput laut biasa dikenal dengan metode jaring atau tabung (tubular net). Penggunaan metode kantong biasanya dilakukan pada budidaya rumput laut di laut lepas dengan kedalaman lebih dari 2 m, dengan pergerakan air air yang relatif keras atau perairan dengan gelombang yang sedang hingga tinggi. Metode kantong/ tabung terbuat dari jaring yang dibuat menyerupai tabung dapat diposisikan secara horizontal

maupun vertikal, disesuaikan dengan karakteristik perairan tempat dilakukannya budidaya.
Kantong atau tabung yang terbuat dari jaring dapat menggunakan beberapa macam teknik diantaranya tanpa menggunakan sekat, dengan ukuran panjang tabung sekitar 30 – 50 cm tergantung pada jumlah bibit yang akan ditanam atau kepadatan bibit dalam kantong adapula kantong jaring yang menggunakan sekat yang terbuat dari bahan karet. Model ini telah diterapkan pada daerah selatan jawa yang memiliki arus kuat, sekat karet selain berfungsi sebagai pembatas dan rangka tabung juga berfungsi sebagai pemberat sehingga tabung tidak mudah lepas atau koyak saat dihempas ombak besar. Ukuran panjang tabung sekitar 80 – 100 cm dengan diameter tabung 30 cm, jarak antar sekat sekitar 20-30 cm, dengan mata jaring 2 cm.

Sedangkan teknik budidaya dengan menggunakan metode kantong jaring yang posisinya dipasang secara vertikal dapat digunakan pada perairan dengan kedalaman air yang relatif dalam dan berarus kencang. Jaring yang berisi rumput laut yang digunakan pada perairan berarus kuat memerlukan konstruksi yang lebih kuat dengan pelampung dan jangkar yang jelas lebih banyak dan kuat. Penggunaan metode jaring biasanya juga dikombinasikan dengan metode pancang, tali tunggal atau rakit.


Thursday, April 2, 2015

Budidaya Rumput Laut di Laut

1) Budidaya Rumput Laut di Laut
Keberhasilan budidaya rumput laut selain tergantung pada kondisi lingkungan budidaya juga dipengaruhi oleh metode budidaya yang akan digunakan. Penggunaan metode budidaya rumput laut sangat bergantung pada lokasi dan syarat hidup rumput laut yang akan dibudidayakan. Penggunaan wadah dan metode budidaya rumput laut perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar budidaya. Pada daerah pesisir yang terletak ditepian pantai dengan perairan yang relatif tenang dan terlindung, budidaya rumput laut dapat dilakukan di laut, sedangkan pada perairan yang berombak atau berarus besar dan tidak terlindung budidaya rumput laut dapat dilakukan namun memerlukan konstruksi yang lebih kuat dengan biaya yang relatif lebih mahal.

Dengan pertimbangan bahwa budidaya rumput laut harus menggunakan bahan yang murah, maka petani cenderung mencari bahan yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitarnya. Karena itu kegiatan penyediaan bahan harus tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Pada budidaya rumput laut dengan metode lepas dasar banyak digunakan patok dari bambu atau kayu bakau. Untuk itu perlu pengaturan agar tidak terjadi perusakan hutan bakau, mengingat daerah tersebut faktor pendukung sumberdaya perikanan laut yang sangat penting. Pada budidaya rumput laut dengan metode rakit dapat digunakan bambu sebagai bahan rakit dan jangkar sebagai pemberat yang terbuat dari batu atau semen pasir. Penggunaan karang sebagai jangkar tidak diperbolehkan karena dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan Berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan, metode-metode budidaya rumput laut di lapangan dengan tiga cara, yaitu: metode dasar, metode lepas dasar, dan metode apung.


a) Metode dasar (bottom method)
Metode dasar merupakan metode penanaman rumput laut yang dilakukan di dasar perairan. metode dasar ini dapat dilakukan di daerah pesisir pantai maupun di tambak. Metode dasar pada umumnya digunakan pada perairan yang sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut, dengan dasar perairan pasir berbatu dan perairan dengan arus yang tenang sampai sedang. Metode dasar ini sangat sederhana penerapannya dan membutuhkan biaya yang relatif murah.


Metode dasar yang dilakukan di laut harus dipilih lokasi yang sesuai antara lain terletak pada daerah pasang surut sehingga masih ada pertukaran zat hara sebagai nutrien yang diperlukan untuk kehidupan rumput laut, tanpa perlu ada perlakuan khusus pada lahan budidaya. Berbeda dengan budidaya rumput laut yang dilakukan di tambak, budidaya rumput laut yang dilakukan di tambak memerlukan persiapan khusus pada lahan budidaya dengan cara pengolahan tanah, pengapuran, pengeringan dan pemupukan tanah terlebih dahulu. Hal ini disebabkan karena pada budidaya yang dilakukan di tambak pergantian air relatif lebih sedikit sehingga zat hara yang diperlukan sebagai nutrien perlu disediakan dengan dilakukannya pemupukan tambak terlebih dahulu.

Metode dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
(1) Metode tebar (broad cast method)
Budidaya rumput laut dengan metode tebar (broad cast method) dapat dilakukan pada untuk budidaya yang dilakukan di laut dengan karakteristik perairan yang landai atau daerah pasang surut, yang memiliki substrat pasir, pasir berbatu, karang atau batu, dengan pergerakan perairan yang relatif tenang sampai sedang. Metode ini juga dapat dilakukan pada budidaya rumput laut yang dilakukan di tambak mengingat ketinggian air yang bergantung pada pasang surut, ketinggian air tidak lebih dari 60 cm.


Metode tebar sering juga dikenal dengan metode sebaran (broad cast method) metode ini adalah salah satu cara budidaya rumput laut yang paling sederhana, dimana bibit tanaman hanya disebarkan di perairan yang diinginkan secara acak. Bibit tanaman dipotong-potong hingga seberat 25 – 30 g, diikat dengan tali, atau dapat juga dengan menggunakan pemberat berupa batu, lalu disebarkan pada perairan yang dasarnya berbatu karang atau pasir berbatu jika ditanam di laut. Namun jika penanaman dilakukan di tambak maka bibit yang telah diikat ke batu atau pemberat dapat langsung diletakkan di dasar tambak yang telah diolah sebelumnya.

2) Metode dasar perairan (bottom farm method)
Metode dasar (bottom farm method) adalah metode yang juga dilakukan di dasar perairan namun posisinya tertata rapi, seperti menanam tanaman di daratan atau dibuat berjalur. Bibit yang ditanam juga memiliki bobot lebih banyak jika dibandingkan dengan metode tebar (broad cast method). Ukuran tiap jalur sekitar 120 cm dan jarak antar jalur sekitar 60 cm, hal ini bertujuan untuk mempermudah pengawasan. Jarak antar tanaman minimal 20 cm, sehingga penanaman rumput laut di dasar perairan menyerupai kebun di dasar laut

Keuntungan menggunakan metode dasar antara lain adalah biaya material yang rendah, penanamannya mudah dan tidak memakan pasir berbatu atau karang, penanaman dengan metode bottom farm method lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan broad cast method, hal ini disebabkan karena pengawasan dan pengelolaan bottom farm method lebih mudah dilakukan, karena posisi tanamnya yang teratur hal juga mempermudah dalam memprediksi hasil yang akan diperoleh.

Sedangkan kerugiannya menggunakan metode ini antara lain : bibit banyak yang hilang terbawa arus atau ombak, tanaman dapat dimakan ikan dan hewan predator seperti bulu babi dan teripang yang akan memangsa rumput laut, hal ini dapat ditanggulangi dengan pembuatan pagar di sekitar areal budidaya rumput laut dengan ukuran mata jaring 2,5 cm dengan ketinggian sekitar 0,5 cm, metode inikurang baik untuk perairan dengan dasar tanah berpasir (laut) atau lumpur di tambak.

Metode perbandingan lokasi perairan budidaya rumput laut Metode scoring

1) Metode scoring (matriks penilaian)
Penggunaan metode scoring merupakan analisa penilaian yang relatif mudah dan dapat dilakukan secara konvensional dengan menilai beberapa variabel dengan pembobotan yang sesuai dengan daya dukung rumput laut yang akan dibudidayakan. Uraian pembobotan untuk matriks kesesuaian lokasi penanaman rumput laut yang dilakukan di laut (Eucheuma cottonii) dapat diurutkan menjadi 3 variabel berdasarkan skala prioritasnya. berikut dibawah ini variable-variabel pembobotan dalam matriks penilaian kelayakan lokasi budidaya rumput laut yang dilaksanakan di laut :


a) Variabel Primer
Merupakan syarat utama yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Jika syarat ini tidak terpenuhi dapat menggagalkan usaha budidaya yang diinginkan. Variabel yang termasuk dalam variabel primer adalah :
(1) Fosfat dan Nitrat
Variabel fosfat dan nitrat merupakan nutrien yang diperlukan bagi tumbuhan air dalam pembentukan protein maupun aktivitas metabolisme.


(2) Kedalaman Perairan.
Variabel ini dianggap penting karena berkaitan dengan pembangunan instalasi budidaya, maupun keberlangsungan usaha. Pada saat yang sama, perairan yang terlalu dalam memungkinkan kemampuan penetrasi cahaya tidak maksimal. Semakin dalam suatu perairan akan semakin berkurang penetrasi cahaya. Sebaliknya perairan yang terlalu dangkal dapat menyebabkan bervariasinya suhu dan padatan tersuspensi

(3) Kecerahan
Kecerahan merupakan variabel yang berhubungan dengan besarnya penetrasi cahaya kedalam perairan. Energi sinar matahari dibutuhkan oleh thallus rumput laut dalam mekanisme fotosintesis. Karena itu, kecerahan sangat penting dalam menentukan lokasi budidaya rumput laut.

(4) Kecepatan Arus
Variabel ini dianggap penting karena berkaitan dengan proses pertukaran dan pengangkutan unsur hara, perpindahan sedimen dan perusakan struktur komunitas perairan. Pada saat yang lain, peubah ini penting bagi sistem penjangkaran dan penempelan kotoran pada thallus rumput laut.


b) Variabel Sekunder
Variabel ini merupakan syarat optimal yang harus dipenuhi oleh suatu kegiatan usaha budidaya rumput laut. Syarat ini diperlukan bagi kehidupan biota/tumbuhan agar lebih baik. Yang termasuk dalam variabel sekunder adalah :

(1) Muatan Padatan Tersuspensi (MPT)
Variabel ini merupakan partikel yang melayang dalam badan air dan dianggap penting, karena dapat mengganggu usaha budidaya dengan beberapa cara, misalnya, perairan menjadi keruh dan rumput laut mudah terserang penyakit.

(2) Suhu dan Salinitas
Suhu dan salinitas perairan termasuk dalam variabel sekunder karena kedua varabel ini di perairan selalu berada dalam kondisi yang alami. Keberadaan variabel ini dilaporkan perubahannya selalu kecil di daerah tropis. Tetapi dengan melihat kondisi lingkungan budidaya rumput laut yang cukup potensial bagi aktifitas pasut, maka keberadaan variabel cukup penting. Perubahan suhu mencapai tingkat ekstrim dapat menyebabkan thallus pucat dan berwarna kuning.


C). Variabel Tersier
Variabel ini dianggap sebagai syarat pendukung dimana keberadaannya di perairan, dianggap tidak langsung berpengaruh pada kehidupan kultivan tersebut. Variabel ini dipenuhi, untuk kehidupan biota/tumbuhan secara sempurna. Variabel tersebut adalah :

(1) Kepadatan fitoplankton
Fitoplankton dianggap sebagai variabel tersier, karena keberadaanya tidak berhubungan langsung dengan rumput laut. Walaupun demikian fitoplankton merupakan penyusun kesuburan perairan, penyangga kualitas air dan dasar dalam rantai makanan di perairan atau produsen primer .


(2) Klorofil- a
Variabel ini termasuk tersier karena keberadaannya tidak berhubungan langsung dengan rumput laut. Konsentrasi klorofil-a di perairan mengikuti jenis dan besarnya jumlah fitoplankton. Variabel ini merupakan salah satu indikator dalam penentuan kesuburan perairan. Pada saat yang lain pigmen ini, diperlukan untuk mekanisme fotosintesa mikroalga.

(3) Material Dasar Perairan
Variabel ini, berhubungan dengan kebiasaan hidup dan sifat fisiologis. Beberapa kejadian dapat ditoleransi, tetapi untuk keadaan yang ekstrim tidak dapat menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup biota tersebut dengan baik. Karena itu, rumput laut membutuhkan dasar perairan yang relatif stabil. Alga makro tumbuh di perairan laut yang memiliki substrat keras dan kokoh yang memiliki fungsi sebagai tempat melekat

(4) Oksigen Terlarut
Variabel oksigen terlarut di perairan dianggap sebagai variabel tersier karena keberadaan variabel ini tidak berhubungan langsung dengan kultivan. Rumput laut hanya membutuhkan oksigen pada kondisi tanpa cahaya. Tetapi pada perairan terbuka dimana pergerakan air dan sirkulasi masih terjadi, oksigen terlarut berada pada kondisi alami. Dengan demikian jarang di jumpai kondisi perairan terbuka yang miskin oksigen (Brotowidjoyo et al

(5) pH
Nilai pH dalam suatu perairan tidak terlepas dari berbagai aktivitas yang terjadi di perairan. Perubahan pH, berakibat pada toksisitas dari bahanbahan yang bersifat racun dan perubahan komunitas biologi perairan. Tetapi keberadaan pH dalam suatu perairan juga berada dalam nilai-nilai yang alami. Dalam perairan nilai pH relatif konstan karena adanya penyangga cukup kuat dari hasil keseimbangan karbon dioksida, asam karbonat, karbonat dan bikarbonat yang disebut buffer

Persyaratan lokasi secara sosial ekonomi budidaya rumput laut?

Persyaratan lokasi secara sosial ekonomi
a) Pemukiman
Daerah pemukiman penduduk juga perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi budidaya rumput laut, hal ini berhubungan dengan ketersediaan tenaga kerja sebagai pengelola budidaya rumput laut serta dampak yang juga dapat ditimbulkan akibat lokasi budidaya yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk antara lain pencemaran rumah tangga dan pencurian. Budidaya laut merupakan salah satu alternatif mata pencaharian bagi penduduk di kawasan pesisir, sehingga dapat menyerap tenaga kerja di kawasan tersebut. Ketersediaan tenaga kerja di suatu kawasan budidaya laut sangat berperan penting dalam pemeliharaan dan pengawasan budidaya. Chan et al., (1988) menyatakan bahwa kualitas sumber daya manusia juga berpengaruh terhadap besar kecilnya unit usaha budidaya.

b) Masalah benturan kepentingan
Beberapa kegiatan perikanan lain seperti kegiatan penangkapan ikan, pengumpulan ikan hias akan berpengaruh terhadap aktivitas usaha rumput laut dan dapat mengganggu beberapa sarana rakit


c) Aksesebilitas/ pencapaian
Pemilik usaha budidaya rumput laut cenderung memilih lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal, sehingga kegiatan monitoring pertumbuhan dan penjagaan keamanan dapat dilakukan dengan mudah. Kemudian lokasi diharapkan berdekatan dengan sarana jalan, karena akan mempermudah dalam pengangkutan bahan, sarana budidaya, bibit, hasil panen dan pemasarannya. Hal tersebut akan mengurangi biaya pengangkutan.

d) Tenaga kerja
Budidaya laut merupakan salah satu alternatif mata pencaharian bagi penduduk di kawasan pesisir, sehingga dapat menyerap tenaga kerja di kawasan tersebut. Ketersediaan tenaga kerja di suatu kawasan budidaya laut sangat berperan penting dalam pemeliharaan dan pengawasan budidaya. Kualitas sumber daya manusia juga berpengaruh terhadap besar kecilnya unit usaha budidaya.

e) Dukungan stake holder (pemerintah setempat)
Budidaya rumput laut juga memerlukan dukungan dari masyarakat atau pemerintah setempat, hal ini selain berhubungan dengan peraturan dan perijinan penggunaan lokasi budidaya, berhubungan juga dengan rantai pemasaran yang akan terjadi. jika pemerintah dan masyarakat setempat memberikan dukungan maka akan memberikan rasa yang lebih aman bagi petani rumput laut karena ada jaminan pada kegiatan pra dan pasca produksinya.


Secara garis besar syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya rumput laut potensial jenis Eucheuma sp adalah sebagai berikut :
  1. Letak lokasi budidaya sebaiknya jauh dari pengaruh dataran dan lokasi jangan langsung menghadap laut lepas, sebaiknya yang terdapat karang penghalang yang dapat melindungi tanaman dari kerusakan akibat ombak yang kuat.
  2. Untuk memberikan kemungkinan terjadinya aerasi, lokasi budidaya harus mendapat pergerakan air yang cukup, disamping itu gerakan air yang cukup bisa memberikan pasokan makanan yang kontinyu serta terhindar dari akumulasi debu air dan tanaman menempel.
  3.  Bila menggunakan metode lepas dasar, dasar lokasi budidaya harus keras yaitu terbentuk dari pasir dan karang.
  4. Lokasi yang dipilih sebaiknya pada waktu surut terendah yang masih digenangi air sedalam 30 – 60 cm. keuntungan dari adanya genangan air ini yaitu penyerapan makanan yang terus menerus, dan tanaman tidak rusak akibat sengatan sinar matahari langsung.
  5. pH Perairan lokasi budidaya sebaiknya antara 7,3-8,2.
  6. Perairan yang dipilih sebaiknya ditumbuhi komunitas yang terdiri dari berbagai jenis makro alga. Bila perairan sudah ditumbuhi rumput laut alami, maka daerah ini cocok untuk pertumbuhannya.


Sedangkan syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya rumput laut potensial jenis Gracilaria sp adalah sebagai berikut :
  1. Untuk lokasi budidaya di tambak, dipilih tambak yang berdasar perairan lumpur berpasir. Dasar tambak yang terdiri dari lumpur halus dapat memudahkan tanaman terbenam dan mati.
  2. Agar salinitas air cocok untuk pertumbuhan Gracilaria sp sebaiknya lokasi berjarak 1 km dari pantai.
  3. Kedalaman air tambak antara 60-80 cm.
  4. Lokasi tambak harus dekat dengan sumber air tawar dan laut
  5.  Derajat keasaman atau pH air tambak optimum antara 8,2 – 8,7
  6.  Kita dapat menggunakan tambak yang tidak lagi produktif untuk udang dan ikan.

Wednesday, April 1, 2015

Persyaratan lokasi secara teknis budidaya rumput laut yang harus diketahui

Persyaratan lokasi secara teknis
Persyaratan teknis dalam penentuan lokasi budidaya rumput laut merupakan persyaratan yang berhubungan dengan permasalahan dan kondisi teknis dalam budidaya rumput laut yang penting untuk diperhatikan, persyaratan tersebut antara lain:

a) Masalah keamanan
Masalah pencurian dan sabotase mungkin dapat dialami, sehingga upaya pendekatan kepada beberapa pemilik usaha lain atau menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitarnya perlu dilakukan.

b) Pencemaran
Lokasi budidaya hendaknya terhindar dari pencemaran rumah tangga maupun industri untuk menghindari masuknya bahan pencemar ke dalam tubuh biota laut, yang dapat merugikan kultivan secara langsung maupun tidak langsung. Pencemaran dapat berupa pencemaran organik umumnya berasal dari limbah rumah tangga seperti ammonia atau bakteri E. Coli, sedangkan pencemaran anorganik umumnya berasal dari limbah industri seperti fenol atau logam berat.


c) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana disini meliputi berbagai hal, antara lain sarana pokok untuk budidaya (wadah-wadah budidaya), sarana penunjang (perahu, keranjang, peralatan kerja lapangan). Pemilik usaha budidaya rumput laut cenderung memilih lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal, sehingga kegiatan monitoring pertumbuhan dan penjagaan keamanan dapat dilakukan dengan mudah. Kemudian lokasi diharapkan berdekatan dengan sarana jalan, karena akan mempermudah dalam pengangkutan bahan, sarana budidaya, bibit, hasil panen dan pemasarannya. Hal tersebut akan mengurangi biaya pengangkutan.


d) Ketersediaan bibit
Lokasi yang terdapat stok alami rumput laut yang akan dibudidayakan merupakan petunjuk bahwa lokasi tersebut cocok untuk usaha budidaya rumput laut. Apabila tidak terdapat sumber bibit dapat memperolehnya dari lokasi lain. Pada lokasi dimana Eucheuma cottonii bisa tumbuh, biasanya terdapat pula jenis lain seperti Gracilaria sp dan Sargassum sp. Bibit juga data diperoleh secara vegetatif ataupun generatif.

e) Hama atau predator
Predator atau pemangsa bibit rumput laut seperti bulu babi, penyu dan ikan-ikan laut tertentu. Meskipun predator-predator tersebut dapat dihindari dengan merekayasa sarana budidaya, misalnya dengan menutup areal budidaya menggunakan jaring.

Persyarata lokasi penanaman rumput laut

Lokasi penanaman rumput laut harus memperhatikan beberapa persyaratan antara lain :
1) Persyaratan lokasi secara ekologis
Persyaratan lokasi penanaman secara ekologis merupakan hal utama yang harus diperhatikan pada pemilihan lokasi budidaya rumput laut. Beberapa syarat pemilihan lokasi secara ekologis antara lain :

a) Keterlindungan
Lokasi budidaya rumput laut harus terlindung dari pengaruh angin dan gelombang yang besar, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan secara fisik terhadap sarana budidaya rumput laut. Lokasi yang terlindung biasanya terletak di perairan teluk atau perairan terbuka tetapi terlindung oleh adanya penghalang atau pulau di depannya. Keterlindungan ini juga dapat bersinggungan dengan benturan kepentingan dengan area pendaratan kapal ikan khususnya di perairan laut, sehingga sebaiknya lokasi penanaman rumput laut tidak berdekatan dengan daerah pendaratan ikan atau daerah yang dilalui kapal penangkapan. Pada rumput laut yang dibudidayakan di tambak, pengaruh angin dan gelombang juga dapat mempengaruhi pasang surut air yang masuk ke areal tambak yang secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap kadar salinitas perairan.


b) Topografi
Topografi cukup signifikan untuk dijadikan ukuran tingkat kerataan lahan, topografi harus dipertimbangkan untuk penanaman rumput laut di tambak. Daerah yang memupunyai topografi bergelombang perlu dipertimbangkan untuk diratakan apabila akan dijadikan lahan pertambakan atau area penanaman rumput laut, karena akan berpengaruh terhadap pembiayaan pada kegiatan persiapan lahan. Sedapat mungkin, lokasi tambak harus mempunyai kontur yang relatif rata, sehingga memudahkan dalam pengerjaan pembuatan tambak dengan biaya yang relatif lebih murah. Selain itu, topografi sangat berkaitan dengan letak ketinggian lokasi yang sangat berpengaruh terhadap pasang surut yang nantinya juga akan mempengaruhi suplai air ke dalam area pertambakan. Semakin tinggi letak lokasi terhadap pasang surut, akan membutuhkan upaya lebih, khususnya berkaitan dengan biaya pemindahan air.

c) Sumber air tawar
Lokasi penanaman rumput laut yang dilakukan di laut seperti Eucheuma sp sebaiknya jauh dari sumber air tawar seperti sungai atau

muara. Namun hal ini berbalik dengan rumput laut yang dibudidayakan di tambak seperti Gracilaria sp, sumber air tawar justru perlu untuk dipertimbangkan, karena sumber air tawar akan mendukung percampuran air tambak yang akan membuat salinitas air tambak tetap dalam kondisi payau. Perubahan salinitas yang drastis dapat mempengaruhi sistem osmolaritas rumput laut itu sendiri sehingga jika ada perubahan salinitas yang fluktuatif pada kegiatan budidaya rumput laut dapat berpengaruh terhadap kehidupan rumput laut itu sendiri.


d) Elevasi
Elevasi atau kemiringan lahan berkaitan dengan, kemampuan irigasi untuk mencapai pada suatu tempat. Semakin tingi letak lokasi akan semakin susah dijangkau oleh pasang surut. Semakin landai letak lokasi, daerah yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan tambak akan semakin banyak, karena semakin mudah dijangkau oleh pasang surut. Elevasi juga dapat dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut yang dibudidayakan di daerah pesisir, khususnya yang menggunakan sistem dasar dan lepas dasar.


e) Pasang surut
  1. Pasang surut sangat penting bagi perikanan, khususnya budidaya rumput laut di tambak. Pemasukan dan pengeluaran air tambak sangat bergantung pada pasang surut. Dilihat dari pada gerakan permukaan laut, maka pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 jenis, yaitu; Pasang surut harian tunggal (diurnal tide), yaitu terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam sehari, misalnya di Selat Karimata.
  2. Pasang surut harian ganda (semi diurnal), yaitu terjadi dua kali surut dalam sehari, misalnya di Selat Malaka dan Laut Andaman.
  3.  Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semi diurnal), yaitu terjadi dua kali surut sehari yang berbeda dalam tinggi dan waktu, misalnya di perairan Indonesia Timur.
  4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (Mixed tide prevailing diurnal), yaitu terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam sehari yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktunya, misalnya di pantai selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.

f) Kondisi dasar perairan
Semua makhluk hidup memerlukan tempat tumbuh untuk menunjang hidupnya. Tempat hidup rumput laut berfungsi untuk tempat menempelnya rumput laut agar tahan terhadap terpaan ombak. Kebanyakan tempat menempel rumput laut berupa karang mati atau cangkang moluska walaupun dapat juga berupa pasir atau lumpur. Substrat yang umum ditumbuhi oleh rumput laut secara alami di perairan Indonesia adalah pasir dan karang. Kedua jenis substrat tersebut berada di perairan dangkal di sekeliling kepulauan Indonesia. Eucheuma umumnya tumbuh di daerah pasang surut (intertidal), atau daerah yang selalu terendam air (subtidal), melekat pada substrat di dasar perairan yang berupa karang batu mati, karang batu hidup, batu gamping, atau cangkang moluska. Pada rumput laut yang ditanam di tambak seperti Gracilaria sp harus memiliki dasar perairan tanah berpasir, dan harus terhindar dari dasar perairan yang berlumpur agar rumput laut yang ditanam tidak mudah tertutup oleh lumpur yang terbawa oleh gerakan air.



g) Gerakan air (arus dan gelombang)
Kenyataan bahwa gelombang kebanyakan berjalan pada jarak yang luas, sehingga mereka bergerak makin jauh dari tempat asalnya dan tidak lagi dipengaruhi langsung oleh angin. Sifat-sifat gelombang dalam hal ini besar kecilnya dan kecuraman dipengaruhi oleh kecepatan angin waktu dimana angin sedang bertiup dan jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup (fetch).
Bentuk gelombang akan berubah dan akhirnya pecah ketika mereka sampai di pantai. Pecahnya gelombang ini sering disertai dengan gerakan maju ke depan yang berkekuatan sangat besar yang dapat merusak kontruksi budidaya. Bila sebuah gelombang pecah, airnya akan dilemparkan jauh ke depan sampai mencapai daerah pantai sebagai sebuah arus. Kebanyakan rumput laut mampu mentoleransi

aksi gelombang yang besar dan terekspos pada daerah intertidal berbatu dan substrat yang padat.
Gerakan air, selain berfungsi untuk mensuplai zat hara juga membantu memudahkan rumput laut menyerap zat hara, membersihkan kotoran yang ada, dan melangsungkan pertukaran CO2 dengan O2 sehingga kebutuhan oksigen tidak menjadi masalah. Arus di daerah pantai sangat dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut, kecepatan angin, kecepatan pergerakan air tawar dan transportasi gelombang.


Arus dapat menimbulkan gerakan air yang dapat berfungsi sebagai pensuplai zat hara, juga membantu memudahkan rumput laut menyerap zat hara, membersihkan kotoran, serta melangsungkan pertukaran CO2 dan O2, sehingga kebutuhan oksigen tidak menjadi masalah. Kecepatan arus yang baik untuk budidaya berkisar antara 20-40 cm/det.
Sedangkan kecepatan angin dapat menambah kecepatan arus permukaan sebesar 1 – 5% dari kecepatan angin dan pengaruhnya hanya sampai pada kedalaman tertentu (efektif pada kedalaman 0,5

m). kecepatan dan arah arus disuatu perairan penting untuk diketahui karena untuk menghindari adanya massa air yang tidak bergerak ’death water bodies’ pada suatu saat di lokasi, yang akan berakibat fatal bagi biota laut yang dibudidayakan.

Lokasi penanaman rumput laut yang dilakukan di laut sebaiknya menghindari daerah perairan dengan angin dan arus yang besar, karena hal ini dapat merusak konstruksi penanaman rumput laut. atau menyebabkan lepasnya ikatan pada penanaman rumput laut. Sedangkan penanaman rumput laut yang dilakukan di tambak jika gerakan angin terlalu kencang dapat mengakibatkan tertutupnya tanaman rumput laut oleh lumpur sehingga dapat menyebabkan kematian pada tanaman rumput laut.

h) Kedalaman
Alga bersifat autotrof, yaitu dapat hidup sendiri tanpa tergantung makhluk lain. Proses pertumbuhan rumput laut sangat bergantung pada sinar matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Kedalaman perairan di suatu daerah akan membatasi penetrasi cahaya matahari dimana secara tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan biota laut yang ada di dalamnya, karena jumlah oksigen untuk respirasi fauna akan semakin berkurang dengan semakin dalamnya perairan yang disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk dalam perairan kecil. Hal ini dapat menyebabkan laju fotosintesis rumput laut akan semakin menurun.

Perairan yang dangkal kecepatan arus relatif cukup besar dibandingkan dengan kecepatan arus pada daerah yang lebih dalam (Odum, 1979). Semakin dangkal perairan semakin dipengaruhi oleh pasang surut, yang mana daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut mempunyai tingkat kekeruhan yang tinggi. Kedalaman perairan berpengaruh terhadap jumlah dan jenis organisme yang mendiaminya, penetrasi cahaya, dan penyebaran plankton. Dalam kegiatan budidaya variabel ini berperanan dalam penentuan instalasi budidaya yang akan dikembangkan dan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut.

Kedalaman sangat mempengaruhi metode penanaman yang akan digunakan untuk budidaya rumput laut. Metode budidaya rumput laut juga dapat dikelompokkan berdasarkan posisi penanamannya pada kedalaman tertentu. Kedalaman yang baik untuk budidaya rumput laut metode lepas dasar berkisar 30 – 60 cm saat surut, dan 1 – 15 m untuk metode apung, dengan sistem jalur. Kondisi ini untuk menghindari rumput laut mengalami kekeringan dan mengoptimalkan perolehan sinar matahari.

Pemilihan lokasi penanaman rumput laut

Pemilihan lokasi penanaman rumput laut
Rumput laut dapat ditanam atau dibudidayakan pada lingkungan ekologis yang sesuai dengan habitatnya. Rumput laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan telah banyak dibudidayakan di Indonesia antara lain Eucheuma cottonii = Kappaphycus alvarezii, Kappaphycus striatum, Eucheuma denticulatum = Euchema spinossum telah banyak dibudidayakan di laut khususnya di daerah pesisir atau laut lepas, sedangkan jenis Gracillaria gigas, Gracillaria verucosa dan Gracillaria lichenoides telah banyak dibudidayakan di tambak.

Pemilihan lokasi adalah salah satu faktor terpenting dalam melakukan budidaya rumput laut, sehingga sering dikatakan kunci keberhasilan budidaya rumput laut terletak pada ketepatan pemilihan lokasi. Hal ini dapat dimengerti karena relatif sulit untuk membuat perlakuan tertentu terhadap
 kondisi ekologi perairan laut yang dinamis, dan pertumbuhan rumput laut sangat ditentukan oleh kondisi ekologi dimana budidaya dilakukan, sehingga besarnya produksi rumput laut di beberapa daerah sangat bervariasi.

Jenis rumput laut yang akan dibudidaya sangat mempengaruhi pada saat pemilihan lokasi, hal ini disebabkan karena masing-masing rumput laut memiliki karakteristk dan habitat yang berbeda untuk mendukung kehidupannya. Ada jenis rumput laut ekonomis penting yang hidup di perairan laut seperti Eucheuma cottonii dan Sargassum sp. namun ada juga jenis rumput laut yang hanya dapat bertahan hidup di perairan payau seperti Gracillaria sp. Eucheuma sp, telah banyak rumput laut yang dibudidayakan di laut, namun untuk Gracilaria sp banyak dibudidayakan di tambak yang memiliki salinitas payau. Perbedaan habitat untuk budidaya rumput laut ini berpengaruh terhadap pemilihan lokasi yang akan dijadikan lokasi penanamannya.


Pemilihan lokasi yang tepat untuk budidaya rumput laut, perlu ditekankan pertimbangan atas beberapa faktor seperti faktor resiko, pencapaian ke lokasi budidaya dan faktor ekologis. Banyaknya faktor tidak tetap ini, menyebabkan pemilihan lokasi sebaiknya didasarkan pada pengaruh dari beberapa faktor tersebut. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan saling mendukung. Untuk memperoleh lokasi yang baik untuk budidaya, pemilihan perlu dilakukan di beberapa lokasi, dengan membandingkan besarnya angka penilaian. Lokasi yang dipandang ideal untuk budidaya adalah yang memiliki besaran nilai tertentu.

Tuesday, March 31, 2015

Bahan Pakan Untuk Ruminansia

Bahan Pakan Untuk Ruminansia
Ternak ruminansia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mengkonversikan bahan pakan yang berkualitas rendah menjadi produk hasil ternak yang berkualitas tinggi. Kemampuan ini karena adanya mikroorganisme yang mampu memanfaatkan bahan pakan yang berserat kasar tinggi menjadi sumber energi, perombakan serat ini dilakukan oleh bakteri sellulolitik dengan bantuan enzym sellulase yang dihasilkannya.
Mampu memanfaatkan protein berkualitas rendah menjadi sumber protein yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak. Berbeda dengan unggas, ternak ruminansia mampu memanfaatkan sumber Nitrogen dari bahan baku yang mengandung nitrogen seperti halnya urea, ammonia, biuret diubah menjadi protein mikrobial yang memiliki kualitas yang lebih tinggi untuk diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh ternak.
 
Dalam pembuatan konsentrat sapi kualitas protein bahan tidak mutlak, mengingat adanya kemampuan bakteri rumen yang mampu menyediakan sumber protein yang dapat mencukupi kebutuhan ternak. Hal ini dapat maksimal bila sapi mengkonsumsi ransum yang betul betul diperhitungkan zat-zat makanan yang dapat menstimulir pertumbuhan dan perkembangan populasi mikroba dalam rumen, sehingga mampu mencerna secara maksimal semua pakan yang dikonsumsi

Bahan yang umum digunakan dalam pembuatan konsentrat sapi pada umumnya relatip lebih rendah harganya dibandingkan harga bahan untuk unggas. Ketersediannya didalam negeri cukup terjamin, dari berbagai percobaan dilapangan telah banyak limbah pertanian dan hasil ikutan pabrik yang dapat digunakan sebagai pakan sapi. Agar konsentrat yang kita buat dapat memberikan hasil yang maksimal, kita harus mengetahui riwayat perlakuan pada bahan sebelumnya, berapa besar batasan penggunaan bahan. Hal ini disebabkan adanya faktor pembatas yang akan mengakibatkan tidak disukainya oleh ternak (palatabilitas rendah), kecernaan jadi menurun dan pada gilirannya akan menurunkan konversi pakan.

Ukuran partikel konsentrat sapi ini berbeda-beda berdasarkan kebiasaan dalam pemberian pakannya. Para peternak sapi perah menghendaki agar tekstur konsentrat lembut dengan ukuran saringan (srceen) 4mm. Hal ini berhubungan dengan kebiasaan pemberian pakan yang dicampur air (dikombor). Bila tekturnya kasar makan sebagian bahan bahan akan mengambang, keadaan ini tidak disukai.

Pemberian pakan dalam keadaan basah ini sebetulnya kurang baik, mengingat konsentrat yang tersisa dalam bak pakan akan menjadi asam dan menjadi sumber penyakit (tumbuhnya bakteri pathogen) yang dapat menyebabkan ternak sakit .

Kebiasaan pemberian pakan di Feedlot (tempat penggemukan sapi) dimana pemberian konsentrat diberikan dalam jumlah yang banyak 70 sampai 80% dari total konsumsi, pemberian dalam bentuk kering lebih praktis dan menghemat tenaga kerja . Tektur yang dikehendaki oleh ternak sapi penggemukan biasanya kasar. Dalam pembuatannya bahan-bahan yang masih berbentuk bongkahan terlebih dahulu dihancurkan satu kali tanpa menggunakan saringan, produk yang dihasilkan diameternya kurang lebih 1 cm.

Kelemahan dari perbedaan partikel bahan yang akan dibuat konsentrat akan mengakibatkan sulit bercampurnya partikel kecil dengan yang lebih besar. Bila konsentrat ini dimasukan kedalam karung, maka bahan baku yang partikelnya kecil akan turun kebagian bawah karung. Untuk dapat lebih mengenal bahan, kepada para siswa diperlihatkan bahan bahan yang umum digunakan dan ukuran partikelnya yang biasa dilakukan dalam pembuatan konsentrat sapi.

Bahan Pakan Untuk Unggas

Bahan Pakan Untuk Unggas
Bahan pakan yang biasa dipakai untuk ternak unggas biasanya bahan yang memiliki kandungan serat kasar yang rendah, tinggi kandungan energi dan proteinnya. Untuk kondisi pabrik pakan yang tingkat produksinya tinggi, pada umumnya bahan baku yang digunakan lebih banyak mengandalkan bahan import.

Hal ini dapat dipahami selain besarnya kebutuhan yang sulit dipenuhi oleh bahan lokal juga kontinuitas dan kualitas bahan pakan lokal yang sulit distandarisasi. Bahan yang akan digunakan dalam pembuatan konsentrat unggas harus rendah kadar airnya, rendah kandungan aflatoxin, rendah kandungan serat kasarnya serta memiliki kandungan asam amino yang komplit.

Direktur Jendral Peternakan mengeluarkan peraturan tentang tentang pengawasan mutu bahan pakan dan produk dari semua pabrik pakan, pemeriksaan ini dilakukan menurut metode standar yang telah ditetapkan dalam A.O.A.C. (Association of Official Agricultural Chemist). Guna pemeriksaan ini memerlukan peralatan laboratorium yang canggih dengan keakuratan dan kecepatan analisis yang tinggi.

Pada perusahaan yang produksi pakannya besar, biasanya melengkapi diri dengan peralatan standar untuk menganalisis baik bahan pakan yang baru dibeli maupun produk yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu. Perhatian pertama pabrik pakan unggas ini ditekankan pada kualitas asamasam amino. Alat yang digunakan disebut Asam amino Analyser.

Asam amino yang essensial harus mencukupi dalam ransum unggas, mengingat unggas tidak mampu menyediakan (mensintesis asama amino) sendiri dalam tubuhnya jadi mutlak tersedia dalam ransum, ada beberapa asam amino essensial yang bila salah satu dari asam amino kandungan dalam ransum rendah, maka potensi ransum tersebut akan setinggi asam amino yang terendah (defisiensi) protein. Adapun kesebelas asam amino tersebut adalah : valin, phenylalanin, methionine, arginine, tryptophan, threonine, histidine, isoleucine, leucine, lysin dan serine.

Dalam pengenalan ini para siswa dapat melihat wujud dari berbagai macam bahan yang umum digunakan dalam pembuatan konsentrat unggas.

Aneka Ragam Istilah Dalam Pakan

Aneka Ragam Istilah Dalam PakanDalam ilmu pakan ternak ini banyak istilah yang perlu diketahui untuk mencegah terjadinya salah pengertian yang akan berakibat tidak efisiennya program pemberian pakan, kerugian finansial yang muncul akibat program pemberian pakan untuk tujuan pemeliharaan yang salah. Kematian ternak karena keracunan, hal ini bisa terjadi karena ketidaktahuan istilah umum dalam perdagangan , terutama pada bahan pembuat premix dimana penggunaan bahan tersebut perlu mendapat perhatian khusus, khususnya terhadap kandungan zat-zat yang sifatnya membahayakan dalam dosis yang berlebih.

Feed (s) adalah bahan pakan yang dimakan oleh ternak, yang mengandung energi dan zat-zat gizi. Bahan pakan ini terdiri dari air dan bahan kering, bila kita telusuri lagi secara laboratorium bahan kering ini terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik bila kita pecah lagi secara kimiawi terdiri dari protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, sedang bahan anorganik yang dimasud abu seperti calsium, phospor, magnesium, kalium, natrium dan lain sebagainya. Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan melakukan analisis proximate dan analisis terhadap vitamin dan mineral untuk masing masing komponen vitamin dan mineral yang terkandung didalam bahan dilakukan dilaboratorium dengan teknik dan alat yang specifik.

Antibiotik yaitu suatu obat yang disintesis oleh suatu mikroorganisme dan mempunyai kemampuan (dalam konsentratsi tertentu) untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Penggunaan antibiotik ini harus hati-hati dalam pakan ternak ruminansia, karena dalam sistim pencernaan ternak ruminansia akan membentuk residu yang apabila termakan oleh manusia akan terjadi keracunan antibiotik atau terjadi kekebalan yang menyebabkan kebalnya terhadap dosis yang akan diberikan ketika sakit.

Ransum yaitu pakan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam. Ransum ternak unggas dan ternak ruminansia sangat berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam sistim pencernaanya. Ternak ruminansia, sistim pencernaanya memiliki kemampuan merombak bahan pakan yang mengandung serat tinggi menjadi produk berupa daging dan susu.

Alat pencernaan ruminansia terbagi menjadi empat bagian yaitu: rumen, retikulum, omasum dan abomasum, yang paling besar volume dan aktivitas perombakan pakan yaitu dibagian rumen, disini tumbuh dan berkembang biak bakteri yang bertanggung jawab merombak bahan pakan menjadi bagian yang mudah diserap oleh tubuh ternak ruminansia.
Ransum sapi perah dan potong terdiri dari hijauan dan konsentrat. Sebenarnya pakan utamanya sapi adalah hijauan sebagai sumber energi untuk menunjang kehidupannya. Jika hijauan yang tersedia memiliki kualitas yang baik maka produktivitas ternak biasa maksimal. Kondisi hijauan di Indonesia secara umum kualitasnya masih rendah, hal ini ditandai dengan rendahnya kandungan protein, tingginya lignin dan rendahnya nilai kecernaanya. Bila kita akan merencanakan sapi dengan tingkat produksi susu yang tinggi pemberian pakan sapi harus kombinasi antara hijauan dengan konsentrat.

Konsentrat sapi, sudah dikenal para peternak sapi untuk produk yang dihasilkan pabrik pakan, Konsentrat ini dibuat dari dua atau lebih bahan hasil ikutan pabrik, limbah pabrik atau produk pabrik. Kandungan proteinnya biasanya berkisar 14 sampai 17% dengan kandungan TDN 65 sampai 70%, dilengkapi dengan vitamin dan mineral. Konsentrat ini biasanya diberikan sebagai pakan tambahan setelah diberi sapi diberi rumput

Konsentrat unggas biasannya disebut ransum, konsentrat ini dibuat untuk berbagai jenis dan periode hidup ternak unggas. Yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan konsentrat ini adalah kandungan asam-asam amino essensial (kualitas protein) hal ini dikarenakan unggas tidak mampu memenuhi kebutuhannya bila tidak tersedia dalam ransum. Sistem pencernaanya tidak mampu memanfaatkan hijauan sebagai makanannya

Keterbatasan ini dikarenakan sistim pencernaan unggas tidak mampu mencerna serat kasar, sehingga serat kasar menjadi faktor yang harus dibatasi dalam pembuatan konsentrat.
Keseimbangan energi dengan protein ransum perlu mendapat perhatian serius karena berkaitan erat dengan tingkat konsumsi. Yang pada gilirannya akan mempengaruhi kecukupan akan zat-zat makanan. Dalam pembuatan konsentrat untuk unggas ini sangat banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Sehingga didalam pemberiannya nanti dalam jumlah tertentu diharapkan akan memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk dapat tumbuh dan berproduksi..

Monday, March 30, 2015

Pengelompokan Bahan Pakan ternak

Pengelompokan Bahan Pakan
Bahan pakan dikelompokan kedalam delapan kelas yang didasarkan pada karakter fisik dan kimianya yang biasa digunakan dalam pembuatan pakan. Adapun klasifikasi ini adalah sebagai berikut :

Hijauan kering (Dry forage)
Semua hijauan pakan dan limbah pertanian yang dipotong dan dikeringkan yang mengandung serat kasar lebih dari 18% atau mengandung 35% dinding sel (berdasarkan bahan kering). Hijauan ini rendah kandungan energinya karena tingginya kandungan dinding sel. Contoh : Hay, jerami padi, jerami kacang-kacangan.

Hijauan segar, padang rumput dan tanaman pakan.
Kelompok ini terdiri dari hijauan yang dipotong atau yang ditanam pada padang penggembalaan dalam keadaan segar (kandungan airnya tinggi)

Silages (silase)
Kelas ini terdiri dari hijauan yang telah mengalami proses pengawetan asam, misalnya silase rumput, silase leguminosa tidak termasuk silase ikan, biji-bijian dan umbi-umbian.

Sumber energi
Produk ini mengandung protein kurang dari 20% dan kandungan serat kasarnya kurang dari 18% misalnya hasil ikutan pabrik seperti dedak halus, onggok, tetes dan umbi-umbian

Sumber protein
Bahan ini mengandung protein 20% atau lebih, biasanya bahan ini berasal dari bagian tubuh hewan seperti tepung daging, tepung darah, tepung ikan

Sumber mineral
Bahan yang banyak mengandung mineral yang dibutuhkan oleh ternak, misalnya kapur, phosphat, belerang dll.

Sumber vitamin
Bahan yang mengandung vitamin yang tinggi seperti vitamin A, D, E dan lainnya.

Additives
Suatu bahan atau kombinasi bahan yang biasa digunakan dalam campuran ransum digunakan dalam jumlah sedikit untuk memenuhi kebutuhan tertentu, misalnya memacu pertumbuhan, meningkatkan kecernaan dan lain sebagainya. Sebagai contoh antara lain: antibiotik, hormon, probiotik, pewarna, rasa dan lainnya

Klasifikasi Bahan Pakan ternak Internasional

Klasifikasi Bahan Pakan Internasional
Bahan pakan adalah suatu bahan yang dimakan oleh ternak yang mengandung energi dan zat-zat gizi di dalam bahan pakan. Bahan makanan adalah bahan yang dapat dimakan, dan digunakan oleh hewan untuk pertumbuhan, produksi dan hidup pokok ternak. Kebutuhan ternak akan pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase pertumbuhan (dewasa, bunting dan menyusui), kondisi tubuh, dan lingkungan tempat hidupya, serta bobot badannya

Pertumbuhan produksi dan hidup pokok hewan memerlukan zat gizi. Pakan ternak mengandung zat gizi untuk keperluan kebutuhan energi maupun fungsi-fungsi (pertumbuhan, produksi dan hidup pokok) tetapi kandungan zat gizi pada masing-masing pakan ternak berbeda. Klasifikasi bahan pakan secara internasional telah membagi bahan pakan menjadi 8 kelas, yaitu hijauan kering, pasture atau hijauan segar, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin, zat additive

Hijauan Kering dan Jerami
Bahan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua hay jerami kering, dry fodder, dry stover dan semua bahan pakan kering yang berisi 18% atau lebih serat kasar (Rasyaf, 1994). Hijauan kering adalah rumput dan daun-daunan leguminosa yang sengaja dikeringkan agar dapat disimpan dalam waktu yang lama dan digunakan sebagai cadangan bahan pakan ternak pada musim kekurangan pakan. Pemberian jerami pada beberapa ternak akan menunjukkan defisiensi vitamin A karena terjadinya penurunan suplementasi vitamin A saat proses fermentasi di dalam rumen.

Pastura atau Hijauan Segar
Tanaman padangan hijauan yang diberikan segar termasuk dalam kelas ini adalah semua hijauan diberikan secara segar. Hijauan segar atau pasture dapat dihasilkan dari jenis rumput maupun leguminosa. Hijauan merupakan sumber
pakan utama ruminansia baik berupa rumput maupun leguminosa. Hijauan akan terasa kasar bila diraba dan mempunyai bau khas masing-masing. Pastura atau hijauan segar memiliki nilai protein yang cukup tinggi.

Silase
Kelas ini menyebutkan silase hijauan (jagung, alfafa, rumput dsb) tetapi tidak silase ikan, biji-bijian dan akar-akaran. Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan pakan yang berasal dari hijauan yang telah mengalami proses fermentasi didalam silo secara anaerob, menagndung bahan kering sebesar 20,35%. Proses pengawetan hijauan dengan cara fermentasi menggunakan satu jenis bakteri disebut erilase. Bahan pakan yang mengalami ensilase di sebut silase. Silase membuat pakan menjadi asam dan lembek .

Sumber Energi
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan-bahan dengan kandungan protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau kandungan dinding selnya kurang dari 35%. Zat makanan yang digunakan sebagai sumber energi utama adalah karbohidrat. Karbohidrat mensuplai sekitar 80% total energ.

Sumber Protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20%. Bahan pakan sumber protein biasanya berupa tepung atau bungkil. Semua pakan yang mengandung protein 20% atau lebih biasanya berasal dari tanaman, hewan dan ikan.

Sumber Mineral
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua makanan yang mengandung cukup banyak mineral. Kandungan asam aminonya baik, banyak mengandung vitamin dan mineral. Unsur anorganik mempunyai banyak fungsi dalam proses pengatur pertumbuhan.

Sumber Vitamin
Vitamin adalah organik yang tidak ada hubungan satu dengan yang lain, diperlukan dalam jumlah kecil untuk pertumbuhan normal. Vitamin dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil tetapi merupakan regulator metabolis.

Zat Additif
Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan-bahan yang ditambahkan kedalam ransum dalam jumlah sedikit. Zat additif adalah zat-zat tertentu yang biasanya ditambahkan pada ransum seperti antibiotik, zat-zat warna, hormon dan obat-obatan lainnya. Bahan additif adalah suatu komposisi dari zat tertentu yang biasanya ditambahkan sebagai pelengkap komposisi bahan pakan pada ternak. Misalnya: antibiotik, vitamin, mineral, obat-obatan dan sebagainya. Meskipun bukan tergolong sebagai bahan pakan, namun bahan additif hampir tidak terpisahkan dengan praktik peternakana modern karena sangat bermanfaat secara ekonomi, untuk mendukung secara efisiensi penggunaan pakan.

Evaluasi pakan ternak agar mendapat pakan sapi yang berkualitas

Untuk dapat mendapatkan pakan sapi yang berkualitas, bahan baku penyusun ransum untuk pakan ruminansia harus dievaluasi. Ada beberapa cara yang biasa dilakukan antara lain:
1. Uji Organoleptik (analisis fisik), dengan melihat bentuk, warna, aroma, bau dan lainnya, agar tidak menyimpang dari yang disyaratkan.

2. Analisis kimia. Banyak metode metode kimia yang dapat digunakan untuk mengukur kandungan zat makanan pada setiap bahan pakan. Salah satu metode yang sangat umum digunakan adalah metode analisis proksimat. Metode ini dapat memberikan gambaran mengenai komposisi kimia suatu bahan pakan meliputi kandungan air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral

3. Percobaan daya cerna dan keseimbangan zat makanan.
Uji organoleptik merupakan uji mempergunakan bantuan organ tubuh seperti tangan, mata, hidung, dan lidah. Tangan dalam kontek ini dipakai untuk menentukan tekstur bahan, mata untuk menentukan warna bahan, kehadiran bahan asing dan tingkat kerusakan, , hidung untuk menentukan bau sedangkan lidah untuk menentukan rasa dari suatu bahan pakan.
Uji ini menuntut pengalaman dari pemakai sehingga makin banyak pengalaman pemakai makin akurat hasil yang dicapai. Pemakai yang berpengalaman akan mengetahui mutu standar dari suatu bahan pakan sehingga mereka dengan mudah dapat menentukan mana bahan yang baik dan buruk, atau bahkan untuk bahan yang dipalsukan.

Indikator tekstur hanya dapat dipakai untuk bahan pakan berbentuk tepung. Bahan pakan yang masih baik akan mempunyai tekstur yang baik seperti ketika bahan tersebut keluar dari mesin penggiling, sebaliknya pada bahan pakan yang jelek akan terdapat gumpalan-gumpalan pada sebagian atau keseluruhan bahannya. Umumnya bahan yang telah mengalami penyimpanan dalam waktu yang lama atau dalam kondisi yang tidak baik akan mempunyai tekstur tidak baik (terdapat gumpalan-gumpalan) yang diakibatkan oleh faktor kimia atau biologi yang terjadi selama penyimpanan. Bahan yang bertekstur tidak baik umumnya akan mempunyai bau dan rasa yang tidak baik juga

Indikator warna bisa dipakai untuk semua jenis bahan pakan. Warna bahan yang baik dapat mengindikasikan bahwa bahan tersebut masih baru atau telah dikelola dengan baik sedangkan warna yang sudah memudar mengindikasikan bahwa bahan tersebut sudah lama mengalami penyimpanan atau telah dikelola dengan tidak baik. Mikroorganisma berperanan penting dalam memudarkan warna suatu bahan pakan.

Selain indikator warna, mata dapat juga dipakai untuk menguji bahan pakan dilihat dari segi kehadiran bahan asing atau mikroorganisma. Uji ini dapat dipakai untuk semua jenis bahan pakan baik berbentuk tepung maupun butiran. Makin besar kehadiran benda asing makin jelek bahan tersebut, sebaliknya makin sedikit kehadiran benda asing makin baik bahan tersebut Selain itu organ mata dapat juga dipakai untuk menguji bahan butiran atau bijian dilihat dari sisi jumlah butiran atau bijian yang pecah atau keriput. Makin banyak bijian yang pecah makin mudah bahan tersebut terkontaminasi atau diserang oleh mikroorganisma, sehingga penilaian yang diberikan akan makin jelek dengan makin banyaknya butiran yang pecah.
 
Hidung sebagai organ pencium dapat dipakai untuk menguji semua bahan pakan baik yang berbentuk tepung maupun bentuk lainnya. Uji ini sangat baik untuk diterapkan pada bahan pakan yang tinggi kandungan lemak nya terutama lemak tak jenuh, mengingat bahan yang termasuk kelompok ini akan mudah menjadi tengik dengan makin lamanya penyimpanan. Makin tengik bahan yang diuji makin jelek bahan tersebut.

Ujung lidah berperanan penting dalam menguji rasa suatu bahan pakan. Uji ini sangat menuntut pengetahuan dari penguji akan rasa dari suatu bahan pakan. Berbeda dengan uji warna yang dapat menggunakan photo standar dari suatu bahan pakan, uji ini tidak dapat menggunakan alat bantu dan bahkan seringkali antar penguji berbeda dalam menilai rasa suatu bahan pakan.

Sunday, March 29, 2015

Macam-macam konsentrat untuk makan ternak

Konsentrat
Konsentrat atau makanan penguat adalah bahan pakan yang tinggi kadar zat-zat makanan seperti protein atau karbohidrat dan rendahnya kadar serat kasar (dibawah 18%). Konsentrat mudah dicerna, karena terbuat dari campuran beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian, sumber protein jenis bungkil, kacang-kacangan, vitamin dan mineral).

Konsentrat dapat berasal dari bahan pangan atau dari tanaman seperti serealia (misalnya jagung, padi atau gandum), kacang-kacangan (misalnya kacang hijau atau kedelai), umbi-umbian (misalnya ubi kayu atau ubi jalar), dan buah-buahan (misalnya kelapa atau kelapa sawit). Konsentrat juga dapat berasal dari hewan seperti tepung daging dan tepung ikan. Disamping itu juga dapat berasal dari industri kimia seperti protein sel tunggal, limbah atau hasil ikutan dari produksi bahan pangan seperti dedak padi dan pollard, hasil ikutan proses ekstraksi seperti bungkil kelapa dan bungkil kedelai, limbah pemotongan hewan seperti tepung darah dan tepung bulu, dan limbah proses fermentasi seperti ampas bir

Penggunaan konsentrat agar dapat mencapai sasaran harus memperhatikan 3 (tiga) hal berikut:
  1. Pemberian konsentrat jangan terlalu berlebihan, namun harus memperhatikan kebutuhan nutrisi ternak;
  2.  Pemberian konsentrat jangan terlalu berlebihan, namun harus memperhatikan kebutuhan nutrisi ternak; dan
  3. Pemberian konsentrat harus sesuai dengan imbangan jumlah produksi (susu atau daging).

Berdasarkan kandungan gizinya, konsentrat dibagi dua golongan yaitu konsentrat sebagai sumber energi dan sebagai sumber protein.
  1. Konsentrat sebagai sumber protein apabila kandungan protein lebih dari 18%, Total Digestible Nutrision (TDN) 60%,
  2.  konsentrat sebagai sumber energi apabila kandungan protein dibawah 18%, TDN 60% dan serat kasarnya lebih dari 10%. Contohnya : dedak, jagung, empok dan polar.

1. Konsentrat yang berasal dari hewan
Konsentrat ini terdiri dari tepung daging, tepung tulang dan daging, tepung darah, hasil samping pengolahan ikan seperti tepung ikan dan ikan kecil, hasil sampingan pengolahan susu seperti bubuk susu skim, “whey” dan lemak susu. Bahan-bahan ini ditandai dengan protein kualitas tinggi yang relatif banyak jumlah yang dikandungnya dan kandungan mineral yang tinggi. Konsentrat yang berasal dari hewan mengandung protein lebih dari 47%. Mineral Ca lebih dari 1% dan P lebih dari 1,5% serta kandungan serat kasar dibawah 2,5%, contohnya: tepung ikan, tepung susu, tepung daging, tepung darah, tepung bulu dan tepung cacing.

2. Konsentrat yang berasal dari tanaman
Konsentrat dengan energi tinggi yang berasal dari tanaman. Konsentrat ini meliputi makanan yang mengandung tenaga yang tinggi dan protein tinggi. Kelompok terbanyak adalah biji-bijian beras, jagung, sorghum dan “millet”. SE dan TDN nya tinggi, kandungan potein kasar menengah dan serat kasar yang rendah, kandungan mineral bervariasi.
Konsentrat yang berasal dari tumbuhan, kandungan proteinnya dibawah 47%, mineral Ca dibawah 1% dan P dibawah 1,5% serat kasar lebih dari 2,5%, contohnya : tepung kedelai, tepung biji kapuk, tepung bunga matahari, bungkil wijen, bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit dan lainnya. Konsentrat dengan protein yang tinggi yang berasal dari tanaman. Konsentrat ini meliputi kacang giling, kedelai, wijen, biji palm, biji kapas, biji karet dan kelapa dan mempunyai kandungan SE dan TDN yang tinggi dan kandungan protein kasarnya (CP) antara 15-45 persen.

Berikut berbagai macam bentuk pakan ternak konsentrat

Berikut berbagai macam bentuk pakan konsentrat:
1) Bentuk Tepung (Mash)
Bentuk Tepung (Mash): biasanya untuk konsentrat ternak sapi, ayam petelur (Grower ,Layer), kambing dan domba, puyuh petelur (Stater, Layer). Mash adalah bentuk ransum yang paling sederhana yang merupakan campuran serbuk (tepung) dan granula. Ransum ini, semua campuran atau unsur digiling halus, dan dicampur merata (homogen). Bentuk ransum mash ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
  1. Kebaikan ransum makanan yang halus ialah: komposisi ransum merata (homogen)
  2. Kelemahannya
  3. mudah tercece
  4. pakan yang ada dalam tempat makanan harus sering diaduk
  5. pakan sering melekat diparuh, sehingga tempat minum koto
  6. Bentuk ransum ini cocok untuk ayam starter, sesuai dengan kondisi ayam yang masih kecil.
  7. Ternak unggas terutama ayam mudah menjadi bosan atau kurang terangsang, sebab ayam lebih tertarik kepada makanan yang berbentuk butiran.

2) Bentuk Pellet
Bentuk Pellet: biasanya untuk ternak ayam petelur (Layer), ayam pedaging (Finisher). Pellet adalah ransum yang berasal dari berbagai bahan pakan dengan perbandingan komposisi yang telah dihitung dan ditentukan. Bahan tersebut diolah menggunakan mesin pellet (pelletizer) untuk mengurangi loss nurisi dalam bentuk yang lebih utuh. Bentuk makanan ini pun memiliki kelebihan dan kekurangan.
 Keuntungan makanan bentuk pellet
  •  merangsang selara makan, sebab ayam lebih tertarik kepada makanan yang berbentuk butiran, sedangkan setiap pellet memiliki kandungan gizi yang sama
  • makanan pellet tak mudah melekat pada tempat makan dan paruh, sehingga tidak ada makan yang tercecer
  • ayam tak memilih-milih makanan.
  • Kekuranganny
  •  harga relative mahal
  •  kemungkinan terjadi kerusakan beberapa zat makanan tertentu sewaktu terjadi proses pembuata
  •  ayam akan lebih banyak minum

3) Bentuk Crumble
Bentuk Crumble (pecahan pellet): biasanya untuk ternak ayam pedaging (Stater), ayam petelur (stater, grower dan layer), Puyuh (Stater, Remaja). Ransum berbentuk pellet yang dipecah menjadi 2-3 bagian untuk memperkecil ukurannya agar bisa dimakan ternak. Crumble ialah makanan butiran pecah (remah). Kelebihan ransum berbentuk pellet adalah distribusi bahan pakan lebih merata sehingga loss nutrisi mudah dicegah dan tidak tercecer pada waktu dikonsumsi ternak.

4) Bentuk Kibble
Bentuk Kibble (campuran dari bentuk pellet, mash dan bijian yang dipecah): bentuk ini sangat jarang digunakan, hanya pabrikan pakan tertentu yang menggunakan bentuk ini. Biasanya untuk ayam petelur (Layer).

Mengenal Hijauan Pakan Ternak (HPT)

Hijauan Pakan Ternak (HPT)
Hijauan dapat berupa rumput-rumputan dan leguminosa segar atau kering serta silase yang dapat berupa jerami yang berasal dari limbah pangan (jerami padi, jerami kedelai, pucuk tebu) atau yang berasal dari pohon-pohonan (daun gamal dan daun lamtoro
Hijauan adalah salah satu jenis bahan makanan ternak yang berasal dari tanaman dan mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh ternak. Berdasarkan penyajiannya, hijauan dibedakan menjadi hijauan segar (Kadar air > 80 %) dan hijauan kering (Kadar air < 80 %). Secara umum sumber bahan pakan untuk ternak dibagi menjadi 2 yaitu hijauan dan non hijauan. Berdasarkan asalnya, sumber hijauan banyak didapatkan dari jenis rumput, legum dan daun-daunan sedangkan sumber non hijauan banyak didapatkan dari biji-bijian dan bahan sumber mineral. Setiap jenis hijauan memiliki karakteristik yang berbeda diantaranya dari ciri, morfologi (bentuk, warna dan bau) dan nilai gizinya. Sedangkan berdasarkan kelompoknya (family), hijauan dibagi menjadi 3 kelompok besar, yakni :

1. Kelompok rumput-rumputan (Graminae) diantaranya adalah
  1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum
  2.  Rumput Raja (King grass
  3.  Rumput Benggala (Panicum maximum)
  4. Rumput Meksiko (Euchlaena mexicana)
  5. Rumput Setaria (Setaria sphacelata
  6.  Rumput Signal (Brachiaria decumbens
  7.  Rumput Para (Brachiaria mutica
  8.  Rumput Pangola (Digitaria decumbens)
  9. Rumput Jaragua (Hyparrhenia rufa)
  10. Rumput Paspalum dilatat
  11.  Rumpur Rhodes (Chloris gayana
  12.  Rumput Jukut caladi (Melinis minutiflora)
  13. Sudan grass, rumput suda
  14.  Blady grass (Imperata cilindrica )

Rumput merupakan hijauan pakan yang memiliki ciri perakaran serabut, bentuk dan dasar sederhana, perakaraan silindris, menyatu dengan batang, lembar daun terbentuk pada pelepah yang muncul pada buku-buku (nodus) dan melingkari batang

selama pertumbuhan tanaman muda (seedling). Akar sekunder berbentuk padat di bawah permukaan tanah dekat dengan batang dasar

Rumput dibedakan menjadi dua golongan yaitu rumput potong dan rumput gembala
Syarat rumput potong adalah produksi per satuan luas cukup tinggi, tumbuh tinggi secara vertikal, banyak anakan dan responsif terhadap pemupukan, contohnya adalah Pennisetum purpureum, Panicum maximum, Euchlaena mexicana, Setaria sphacelata, Panicum coloratum, Sudan grass. Syarat rumput

gembala adalah pendek atau menjalar (stolon), tahan renggut dan injak, perakarannya kuat dan dalam, serta tahan kekeringan. Contohnya adalah Brachiaria brizantha, Brachiaria ruziziensis, Brachiaria mutica, Paspalum dilatatum, Digitaria decumbens, Chloris gayana

2. Kelompok kacang-kacangan (Leguminoceae) diantaranya adalah
  1.  Kacang Kupu (Centrocema pubescens)
  2. Gamal (Gliricidia sepium)
  3. Lamtoro (Leucaena leucocephal
  4. Turi (Sesbania grandiflora
  5.  Kaliandra (Calliandra calothyrsus
  6.  Kacang-kacangan (Arachis pintoii
  7.  Kacang-kacangan (Arachis glabrata
  8.  Calopogonium (Colopogonium mucunoides Desv
  9.  Puero (Pueraria phaseoloides
  10.  Stylo (Stylosanthes guianensis)
  11.  Carribian Stylo (Stylosanthes hamata
  12.  Glycine wightii

Legum termasuk dicotyledoneus dimana embrio mengandung dua daun biji cotyledone (Susetyo,1985). Famili legume dibagi menjadi tiga group sub famili yaitu mimosaceae, tanaman kayu dan herba dengan bunga reguler. Tanaman kayu dan herba dengan ciri khas bunga berbentuk kupu-kupu, kebanyakan tanaman pakan ekonomi penting termasuk dalam group papilionaceae. Legume yang ada mempunyai siklus hidup secara annual, binial atau perennial

3. Kelompok daun-daunan diantaranya adalah
  1.  Daun Nangka
  2. Daun Pepaya
  3. Daun Pisang
  4. Daun Ubi jalar
  5. Daun Singkon
  6.  Babadota
  7.  Paku-pakuan

Saturday, March 28, 2015

Langkah-langkah menyiapkan lahan sebagai tempat pembibitan tanaman

1). Pembersihan lahan
Lahan sebagai tempat kegiatan dari pembibitan tanaman harus benar-benar bersih dari sampah dan tanaman pengganggu. Oleh karena itu pembersihan lahan sangatlah penting agar lahan tersebut terbebas dari sisa-sisa tanaman sebelumnya atau rerumputan semak-semak yang tumbuh, batu-batuan maupun sisa-sisa perakaran dari tanaman sebelumnya yang dapat mengganggu pertumbuhan akar bibit nantinya. Selain itu dimaksudkan untuk membebaskan tempat pembibitan dari sarang patogen yang akan menjadi sumber kontaminasi. Langkah pembersihan sama dengan kompetensi dasar penyiapan lahan

2). Jenis dan ukuran tempat pembibitan
Untuk mendukung tumbuhnya benih kecambah yang disemai dan bibit disapih di tempat pembibitan, maka dibutuhkan suatu tempat yang sesuai dengan keperluannya. Umumnya tempat pembibitan yang banyak digunakan antara lain :

a). Raised Bed
Adalah tempat pembibitan yang berbentuk bedengan atau guludan pada lahan datar tanpa menggunakan atap/naungan diatasnya.

b). Sunked Bed
Adalah tempat pembibitan yang berbentuk bedengan yang terletak dibawah permukaan tanah dengan kedalaman tertentu dan pada bagian-bagian atasnya diberi atap/naungan yang dapat dibuka tutup.

Tempat pemibibitan ini biasanya digunakan untuk daerah yang kelembabannya rendah dan tiupan anginnya cukup kencang sehingga dapat merusak kecambah yang baru tumbuh.

Umumnya tempat pembibitan yang banyak digunakan antara lain :
Shade House
Adalah tempat pembibitan yang berbentuk bedengan/guludan pada lahan datar dengan dilengkapi naungan yang dapat dibuka dan ditutup pada bagian naungannya.
 
Green House
Adalah tempat pembibitan yang berbentuk rumah kaca yang dapat dikendalikan temperaturnya dan kelembaban udara didalamnya sesuai dengan kebutuhan benih kecambah yang ditanam.

Pada dasarnya tempat pembibitan dibuat dengan cara yang sama, terdiri dari bedengan dengan naungan atau tanpa naungan. Hanya bedanya dalam perlakuannya tergantung pada tujuan kebutuhan.

Waktu pemasangan mulsa plastic untuk budidaya tanaman

Penggunaan mulsa dari tanaman penutup tanah
Pada lahan penanaman tanaman perkebunan tahunan, diantara tanaman ditanami tanaman penutup tanah. Fungsi tanaman adalah sebagai penutup tanah agar:
1. Gulma tidak tumbuh
2. Menjaga kelembaban tanah
3. Sebagai pupuk hijau/ organic khususnya penutup tanah jenis kacang-kacangan.
 
 Waktu pemasangan mulsa plastic
Pemasangan mulsa plastic PHP dilakukan bersamaan dengan pemupukan dasar. Setelah dipupuk , bedengan dirapikan dan disiram air berulang-ulang agar pupuk segera bereaksi, kemudian langsung ditutup mulsa PHP.
 
Pemasangan mulsa PHP sebaiknya dilakukan pada saat cuaca panas, antara pukul 09.00 – 14.00. Pada kondisi tersebut , mulsa akan mudah mengembang saat ditarik kencang. Untuk panjang bedengan 12 m, mulsa yang diperlukan cukup 11-11,5 m, tergantung kondisi panas. Tahapan pemasangan mulsa PHP
 
  • Mulsa ditarik secara perlahan sampai tidak mengembang lagi pada salah satu ujungnya, sedangkan ujung yang lain hanya ditahan
  • Mulsa yang sudah ditarik, dikaitkan pada tanah bedengan dengan menggunakan penjepit mulsa yang berupa pasak dari belahan bamboo yang ditekuk sepertihuruf U.
  • Setelah salah satu ujung sudah terkait rapat dengan tanah, ujung satunya ditarik dan dikaitkan secara rapat di bedengan.
  • Pemasangan mulsa dapat pula dilakukan secara bersamaan pada kedua ujungnya. Namun perlu dilakukan ekstra hati-hati karena mulsa plastic ini sangat tipis. Sebaiknya penarikan secara perlahan-lahan tetapi pasti

Pemulsaan tanah melindungi tanah dari erosi

Mulsa adalah penutup lahan, yang berfungsi untuk melindungi tanah agar terlindung dari dari erosi, pertumbuhan gulma tertekan, kelembaban tanah terjaga, dan menghindari percikan langsung air hujan sehingga tidak mengenai batang tanaman tanaman.

Mulsa yang biasanya digunakan oleh petani ada tiga (3) macam yaitu
1) mulsa dari seresah (potongan tanaman yang sudah kering) dan
2) mulsa dari plastic hitam perak (PHP) atau hitam saja
3) mulsa dari tanaman hidup (tanaman penutup tanah)

Mulsa dari seresah biasanya diterapkan pada tanaman buah semusim, tanaman palawija dan tanaman tanaman buah. Mulsa dari bahan mulsa plastic khususnya yang hitam perak (PHP) banyak diterapkan untuk tanaman sayuran dan buah semusim. Sedangkan tanaman penutup tanah yang juga bisa berfungsi sebagai mulsa banyak diterapkan untuk tanaman perkebunan tahunan.

1). Penggunaan mulsa dari bahan seresah
Sumber bahan seresah bermacam-macam bisa dari potongan rumput, daun-daun kering, daun hasil pangkasan. Keunggulan mulsa dari bahan ini adalah seresah bisa menjadi pupuk organik

2). Penggunaan mulsa dari bahan plastic hitam atau PHP
Pada saat ini, banyak petani memilih PHP sebagai mulsa, mengingat fungsinya sangat mendukung keberhasilan dalam budidaya dan ketersediaan barangnya cukup banyak dan mudah didapat.

Manfaat penggunaan mulsa PHP antara lain
a) Menekan perkembangan biakan hama dan penyakit tanaman
Warna perak memantulkan cahaya matahari. Pantulan ini akan menerpa di balik daun tanaman sehingga dapat mengusir kutu daun, aphids, thrips, tungau, dan ulat daun pada musim kemarau maupun cendawan yang terdapat di balik daun pada musim hujan.
 
b) Menekan pertumbuhan gulma
Suasana gelap di bagian dalam mulsa menyebabkan gulma tertekan pertumbuhannya. Hanya gulma tertentu seperti teki dan anakan pisang, yang mampu menembus mulsa, sehingga akan mengurangi biaya penyiangan. Dengan demikian pertumbuhan gulma tertekan. Unsur hara diserap sepenuhnya oleh tanaman sehingga pertumbuhan tanaman subur dan kokoh

c) Merangsang pertumbuhan akar
Warna hitam akan menyerap panas sehingga suhu tanah di dalam bedengan tetap hangat. Suhu yang hangat dan suasana gelap akan merangsang pertumbuhan akar tanaman secara optimal. Akibat lebih jauh pertumbuhan tanaman juga bertambah optimal.

d) Meningkatkan proses fotosintesa
Pantulan cahaya matahari akan meningkatkan jumlah cahaya yang diterima tanaman sehingga terjadi peningkatan laju fotosintesa. Akibatnya suplai makanan ke setiap bagian tanaman bertambah. Hal ini akan merangsang pertumbuhan dan produksi tanaman lebih cepat dan meningkat, baik segi kuantitas maupun kualitas.

e) Mengurangi penguapan
Penggunaan mulsa akan menenkan penguapan air dan pupuk sekecil mungkin. Penguapan air dan pupuk hanya berlangsung lewat lubang penanaman sehingga kelembaban dan kesuburan terjaga.

f) Mencegah erosi tanah
Pemakaian mulsa akan menekan terjadinya erosi pada tanah bedengan penanaman di musism hujan
 
g) Mempertahankan struktur, suhu dan kelembaban tanah
Penggunaan mulsa PHP akan mempertahankan struktur tanah tetap gembur, suhu relative stabil, dan kelembapan tanah terjaga.

h) Menghemat tenaga kerja
Penggunaan mulsa menghemat biaya tenaga kerja karena menggunakan system pemupukan semi total (80%). Pemupukan susulan diberikan hanya jika kondisi tanaman memerlukannya, penyiangan relative sedikit, dan penyiraman per tanaman hampir tidak pernah dilakukan.

i) Mengurangi residu pestisida
Penggunaan mulsa akan menahan residu pestisida yang jatuh di atas permukaan bedengan sehingga tidak membahayakan tanaman itu sendiri maupun lingkungan pertanaman.

j) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi
Penggunaan mulsa akan mencegah percikan air dan tanah mengenai buah, menekan gulma, mengurangi penguapan, menekan hama dan penyakit, memacu perkembangan akar, meningkatkan fotosintesa, serta penyerapan unsure hara sehingga kualitas dan kuantitas produksi meningkat.

Friday, March 27, 2015

Tahap-tahap Mengolah Tanah

Mengolah Tanah
Tahap penyiapan setelah lahan bersih dari segala kontaminan adalah pengolahan tanah.
Pengolahan tanah dalam usaha budidaya pertanian bertujuan untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam baik secara fisis, khemis, maupun biologis, sehingga tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah terutama akan memperbaiki secara fisis, perbaikan khemis dan biologis terjadi secara tidak langsung.
Kegiatan pengolahan tanah dibagi ke dalam dua tahap, yaitu:

1) Pengolahan tanah pertama (pembalikan tanah), dan
2) Pengolahan tanah kedua (penggemburan tanah). Pengolahan tanah pertama (pembalikan tanah)
3) Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong, kemudian dibalik agar sisa tanaman dan
     gulma yang ada di permukaan tanah terpotong dan terbenam.
4) Kedalaman pemotongan dan pembalikan tanah umumnya antara 15 sampai 20 cm.
5) Alat yang digunakan adalah garpu

Pengolahan tanah kedua (penggemburan tanah)
Pada umumnya pengolahan tanah kedua menyusul setelah pengolahan tanah pertama yang lebih dalam. Tujuan umum pengolahan tanah kedua adalah sebagai berikut :
  1. Untuk memperbaiki pertanian dengan penggemburan tanah yang lebih baik
  2. Untuk mengawetkan lengas tanah dengan penggarapan tanah bero dalam musim panas untuk membunuh gulma dan mengurangi penguapan.
  3. Untuk memotong-motong sisa tanaman atau reresah tanaman yang tertinggal dan mencampurnya dengan tanah lapis atas.
  4. Untuk memecah bongkahan tanah dan sedikit memantapkan lapisan tanah atas, sehingga menempatkan tanah dalam kondisi yang lebih baik untuk penyebaran perkecambahan biji.
  5. Untuk membinasakan gulma pada lahan yang diberokan.

Alat yang digunakan dalam pengolahan tanah kedua adalah cangkul.
Tahapan pencangkulan adalah tanah diusahakan lembab, pencangkulan dapat dimulai dari bagian petak yang teraliri air, kemudian bergerak ke samping sepanjang alur air, sambil merembeskan air ke tempat yang belum terjangkau. Selanjutnya petak di sebelahnya dikerjakan hingga selesai.

Pengolahan tanah selain menggunakan kedua alat adalah dengan menggunakan tenaga kerbau yang dilengkapi dengan bajak singkal. Pengolahan dengan tenaga kerbau banyak digunakan untuk mengolah tanah sawah.

Membuat Bedengan/Petakan
Pembuatan bedengan bertujuan untuk memudahkan pemeliharaan khususnya dalam pengaturan pemberian dan pembuangan air, pemupukan, dan penyiangan. Panjang bedengan sebaiknya tidak lebih dari 12 m, lebar bedengan 110 – 120 cm. Tinggi bedengan disesuaikan dengan musim. Bedengan dibuat lebih tinggi pada musim hujan dengan tujuan agar perakaran tanaman tidak terendam air dalam waktu yang lama dan pembuangan airnya lancar. Air yang berlebihan akan menyulitkan akar untuk bernafas.

Ukuran bedengan untuk tanaman cabai :
1) Panjang : 10-12 m
2) Lebar : 110-120 cm
3) Tinggi : 30-40 cm (musim kemarau)
4) 50-70 cm (musim hujan)
5) Lebar : 50-55 cm
6) 60-70 cm

Untuk memudahkan pekerjaan, dibuat plot-plot dengan tali terlebih dahulu, kemudian tanah di parit dinaikkan kea rah bedengan. Hal ini dilakukan setelah lahan digarpu/dibajak, digaru dan dicangkul agar tanah bedengan gembur

Hama Non potogenik cara pembersihan

Non potogenik
Terdiri dari:
a). Genangan air
Yaitu genangan air yang dapat mengganggu tanaman. Genangan air biasanya akan menjadi sarang penyakit dan bertelurnya hama serangga, maupun memperlancar serangan hama penggerek. Pada tanaman padi. Penyakit yang biasanya cepat berkembang dalam kelembaban yang tinggi dan genangan air yaitu bakteri, hal tersebut perlu dikurangi.

b). Materi lain (Batu-batuan, plastik, bekas akar, sampah lainnya) untuk mengetahui lebih dalam sumber kontaminan 5 jenis tadi maka kita uraikan. Bahan yang tidak mudah hancur. Batu-batuan, bekas akar tanaman besar, plastik, kaca, pecahan bata, botol dan kaleng, sampah lainnya. Sampah-sampah ini selain bisa menjadi sarang penyakit (seperti kaleng berair bisa menjadi sarang hama/penyakit), juga dapat menghambat pertumbuhan akar serta menyulitkan dalam melakukan pengolahan tanah.

Pengendalian sumber pengganggu
Golongan potogenik bisa dikendalikan dengan atau secara kimia/chemis diantaranya :
Hama bisa dikendalikan dengan saniter insektisida
Penyakit bisa dikendalikan dengan saniter fungisida, bakterisida, formalin atau saniter
 chemis lainnya

Gulma bisa dikendalikan dengan saniter herbisida atau secara mekanik
Tanaman inang bisa dikendalikan dengan saniter herbisida atau secara mekanik.
Sedangkan golongan non potogenik dilakukan harus secara mekanik dengan cara dibersihkan, dipindahkan, dikubur dan air yang menggenang dibuang ke saluran drainase.


Pembersihan
Pembersihan lahan dapat dilakukan dengan pembabatan, penggunaan pestisida dan dengan pembakaran. Pembersihan lahan yang terbaik adalah dengan membabat sisa-sisa tanaman atau rerumputan, lalu mengumpulkannya pada tempat tertentu untuk selanjutnya dijadikan pupuk kompos.
1) Apabila yang ditanam sebelumnya merupakan jenis tanaman yang saat penanaman meninggalkan bagian tanaman yang masih utuh dan sulit membusuk misal cabe, jagung dan lain-lain, maka cara membersihkannya dengan mencabut dengan tangan.
  • Apabila yang ditanam sebelumnya merupakan tanaman yang meninggalkan bonggol, maka cara membersihkannya dengan membongkar bonggol tersebut
  • Selain jenis tanaman diatas, apabila jenis tanama yang saat dipanen meninggalkan bagian-bagin tanaman yang mudah mengering dan membusuk misal, padi, kacang hijau dan lain-lain, cara membersihkannya dengan mencabut menggunakan sabit.


Sisa-sisa tanaman dari pembersihan lahan tersebut dikumpulan jadi satu, untuk digunakan sebagai bahan pembuat kompos. Sedangkan untuk batu-batuan atau kerikil perlu disingkirkan ke tempat yang agak jauh dari tempat pembibitan.

Pembersihan lahan dapat juga dilakukan dengan membabat sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang tumbuh lalu dikumpulkan pada tempat tertentu kemudian dibakar. Kegiatan pembakaran ini akan berakibat turunnya kualitas tanah pada tanah bekas pembakaran dengan menurunkan kandungan bahan organik tanah yang merupakan sumber unsur hara bagi tanaman dan mikro organisme. Selain itu asap yang ditimbulkan oleh pembakaran akan berakibat buruk pada lingkungan.

Pembersihan lahan dengan menggunakan herbisida yang disemprotkan pada lahan dengan konsentrasi sesuai anjuran, sebaiknya dipakai sebagai alternatif terakhir dan dilakukan apabila terpaksa. Penggunaan pestisida ini dapat berpengaruh pada pencemaran terhadap lingkungan, baik pada tanah maupun air yang disebabkan oleh terbawanya aliran permukaan akibat air hujan.

Membersihkan/sanitasi lahan agar terhidar dari hama Potogenik

Membersihkan/sanitasi lahan
Salah satu syarat penyiapan lahan yang bagus adalah lahan bersih dari segala macam sumber pengganggu pertumbuhan yang meliputi gulma (tumbuhan pengganggu), akar-akar tanaman sebelumnya dan bahan – bahan kontaminan lain yang tidak terlihat mata (mikro organisme pengganggu). Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada, serta memberantas/mengendalikan kontaminan mikro organisme (hama dan penyakit yang berada dalam tanah).

Secara umum sumber kontaminan dapat dibagi 2 golongan yaitu :
1) Potogenik
Terdiri dari
a) Hama
Pengertian hama dalam ilmu tanaman yaitu : makro organisme yang aktivitas hidupnya merugikan petani yang secara langsung akan merusak pada pertumbuhan atau produksi tanaman.

Hama tersebut biasa merusak tanaman mulai dari sejak bibit/benih disesuaikan hingga tanaman berproduksi biasanya hama yang ada dalam tanah : ulat tanah (Agrotis Ipsilon) biasanya menyerang tanaman madu, semut biasanya menyerang jagung manis, sifat menekan batang dan daun setelah benih atau bibit ditanam. Tikus memakan bagian tanaman yang disukainya. Anjing tanah biasanya menyerang bibit padi di sawah dan lain-lain.

b) Penyakit
Pengertian penyakit dalam ilmu tanaman yaitu mikro organisme yang aktivitas hidupnya merusak jaringan tanaman biasa penyakit ini timbul melalui udara, dari benih atau bibit sendiri, melalui air yang tidak steril dari tanah. Jenis-jenis penyakit yang biasanya terdiri dari : Nematoda : Penyebab penyakit yang merusak jaringan akar

Bakteri: Penyebab penyakit yang merusak jaringan akar tanaman sehingga tanaman layu dan
             terus mati
Jamur : Penyebab penyakit yang merusak jaringan mulai dari akar, batang, daun dan buah.
Virus : Penyebab penyakit yang merusak dan berkembang di dalam jaringan yang sangat sulit
            untuk dibrantas.

c) Gulma
Gulma merupakan tanaman yang aktivitas hidupnya menghambat pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan oleh petani.

Thursday, March 26, 2015

Cara Merawat Cangkul sebagai alat pertanian

Menyiapkan dan Merawat Cangkul
a) Cara Menyiapkan dan Merawat Cangkul
Cangkul, pada kegiatan penyiapan media tanah berfungsi untuk menggemburkan tanah, dan pupuk kandang. Berdasarkan fungsinya, maka cangkul harus dalam kondisi siap pakai, terutama tangkai dan mata cangkul harus pada posisi yang kokoh, tidak mudah lepas.

Cara Merawat
Perawatan selama pemakaian
Untuk menjaga agar cangkul tetap dalam kondisi baik dan siap pakai maka selama proses pemakaian harus dicegah dari:

Mengenai/mencangkul batu yang dapat mengakibatkan mata cangkul retak, patah dan bengkok.
Pada saat membongkar tanah atau pupuk kandang, posisi mata cangkul jangan tegak lurus dengan permukaan tanah, usahakan posisinya kurang lebih miring 75 derajat, agar cangkul tidak patah dan punggung tidak sakit.

Perawatan setelah pemakaian
Cangkul, setelah digunakan harus dijaga agar tetap dalam kondisi baik dan siap pakai. Cara perawatan setelah dipakai yang harus diperhatikan adalah bahwa:
  • Cangkul (tangkai dan mata cangkul) setelah digunakan untuk mengaduk tanah dan pupuk kandang, biasanya kotor oleh sisa-sisa tanah dan pupuk kandang yang melekat pada cangkul. Bahan tersebut harus dibersihkan, karena bahan-bahan tersebut dapat mengakibatkan proses pengkaratan pada mata cangkul, yang ditandai denganm munculnya warna coklat, permukaan kasar, pada mata cangkul. Dalam jangka pendek apabila cangkul digunakan untuk mengolah tanah akibatnya tanah jadi lengket pada mata cangkul, dan bila dibiarkan dalam waktu lama, mata cangkul akan cepat rusak (aus). Untuk itu mata cangkul diupayakan selalu dalam kondisi bersih dan kering, agar cangkul enak digunakan dan dapat tahan lama.
  • Setelah dibersihkan selanjutnya cangkul dikeringkan dengan cara menjemur dibawah sinar matahari/kering anginkan. Cangkul yang sudah bersih dan kering selanjutnya disimpan pada tempat penyimpanan (bersih, kering), agar tetap baik dan mudah mencarinya.

Golongan gejala penyakit tumbuhan

Golongan gejala penyakit tumbuhan
 Gejala Hiferplasia, ialah pertumbuhan luar biasa oleh perpanjangan atau pembesaran sel-sel, dinamakan juga hipertropi, seperti keriting, kudis, intunesensi, tunefekasi, fasikulasi, dan prolifarasi.
Gejala Hifoplasia ialah pertumbuhan regresif dengan kekurangan sel-sel, kerdil (duarfuig) ialah suatu gejala hipoplasia. Dalam hal ini tanaman tidak mencapai ukuran yang normal.

 Perubahan warna
  • Daun menguning, daun-daun tanaman dapat berubah warnanya menjadi kuning karena rusak dan kemudian gugur
  • Bercak kuning (yellow spot). Bercak kuning dapat merupakan sifat genetik dari tanaman yang mempunyai warna daun beraneka, tetapi dapat juga disebabkan adanya infeksi virus, dikenal dengan istilah mosaik.
  • Merah dan merah keungu-unguan, disebabkan oleh pembentukan antasian pada tanaman yang menderita kekurangan P misalnya pada tanaman jagung.
  • Jaringan yang berwarna coklat menunjukan adanya serangan dieback (mati ujung). Leher akar berubah karenanya menjadi coklat saat leher akar mulai menebal.
  • Daun keperak-perakan (silvery shine) dapat disebabkan oleh Hysanoptera (trips), Acariva (mites), organisme ini merusak sel epidermis, sehingga sel kering dan kemudian sel tersebut akan terisi dengan udara.
  • bercak air (water spot) ialah sebenarnya bercak yang terjadi karena dinding sel telah mati. Bercak air ini kemudian berubah warnanya menjadi bentuk bulatan seperti bekas tusukan serangga, misalnya Helopeltis antoni pada daun teh.
 Kekeringan atau layu
Ciri penyakit layu ialah gugurnya daun-daun, yang diikuti keringnya batang daun tunas, kadang-kadang akar yang berpenyakit akan berfungsi lagi, dan itu semua mungkin juga dapat disebabkan jamur, nematoda

 Nekrose
Suatu hal yang biasa bila beberapa jaringan mati, misalnya pada kulit kayu dan daun. Jika matinya jaringan disebabkan penyebab yang lain dari penyebab yang normal, dinamakan nekrose. Bercak nekrose pertama-tama berwarna kuning, kemudian berwarna coklat atau hitam (antracnose). Pada daun, bercak nekrose dapat disebabkan

oleh jamur, virus, bakteri, penyakit indefisiensi atau oleh serangga.

Organisme bermanfaat untuk tanaman

Peranan utama organisme tanah adalah untuk mengubah bahan organic, baik segar maupun setengah segar atau sedang melapuk, sehingga menjadi bentuk senyawa lain yang bermanfaat bagi kesuburan tanah. Sisa-sisa tanaman segar diubah menjadi bagian-bagian kecil oleh nematode, keong, bakicot, serangga, rayap, tikus dan lain-lain. Bagian kecil ini diserang oleh mikrolfora dan binatang yang hidup dari jaringan mati atau membusuk. Bila sedikit air, bahan tersebut akan diserang bakteri dan fungi. Beriringan dengan proses itu, cacing-cacing akan mencampurkan bagian-bagian tadi antara lapisan atas dan bawah. Aktifitas ini menyebabkan tanah menjadi gembur dan penyebaran bahan organic merata. Kotoran cacing kaya akan unsure hara , karena itu cacing dapat memperkaya tanah dengan hara melalui kotorannya.

a) Organisme penambat nitrogen
Sumber utama nitrogen untuk tanaman adalah gas nitrogen bebas di udara, yang menempati 78% dari volume atmosfer.

Dalam bentuk unsure ia tidak digunakan oleh tanaman. Nitrogen gas harus dirubah menjadi bentuk nitrat ataupun ammonium melalui proses-proses tertentu agar dapat digunakan oleh tanaman.
Penambatan nitrogen dari udara dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan tanaman legin. Keadaan ini dapat dilihat dengan adanya bintil pada akar tanaman tersebut. Bintil ternyata merupakan hasil suatu iritasi pada permukaan akar, kurang lebih mirip dengan benjol-benjol pada daun dan batang yang disebabkan oleh insekta. Biasanya organisme masuk melalui akar rambut. Tabung infeksi tumbuh sepanjang akar halus, dimana bintil kemudian dibentuk. Penambatan maksimum akan terjadi bila kadar nitrogen dalam tanah rendah. Jumlah gas nitrogen yang dapat ditambat oleh bakteri Rhizobium tergantung dari strein Rhizobium, tanaman inang, dan keadaan lingkungan, misalnya pH tanah, aerasi, drainase, kelembaban tanah dan kapur aktif.

b) Organisme penyerbuk
Organisme lain yang bermanfaat adalah organisme penyerbuk tanaman, diantaranya adalah serangga, kumbang, kupu-kupu, kelelawar, burung, lebah dan lain-lain. Serangga umumnya menyerbuki tanaman yang bunganya berwarna kuning, burung menyerbuki tanaman yang bunganya berwarna jingga atau kemerah-merahan, sedangkan untuk kelelawar tertarik dengan tanaman yang bunganya warna pucat.

Wednesday, March 25, 2015

Organisme yang merugikan tanaman

Organisme  merugikan
Organisme yang merugikan tanaman ada tiga (3) kelompok yaitu kelompok hama, kelompok penyebab penyakit dan gulma atau tanaman pengganggu. Hama yang merusak tanaman bisa disebabkan oleh hewan dari kelas terendah sampai dengan hewan kelas tinggi (mamalia). Sedangkan penyakit tumbuhan disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus. Sedangkan gulma terbagi gulma yang berdaun lebar dan berdaun sempit.

a) Hama
Hama yang merusak tanaman bisa disebabkan oleh hewan dari kelas terendah sampai dengan hewan kelas tinggi (mamalia). Ada empat kelompok hama berdasarkan ukuran tubuhnya yaitu
  •  Mamalia : misalnya babi hutan, burung
  • Rodentia : misalnya tikus sawah, tupai
  • Antropoda : binatang beruas termasuk serangga/ insekta, hama penggerek (ulat)
  • Nematoda : sebangsa cacing misalnya ulat tanah, cacing

Kerusakan tanaman atau bagian tanaman yang disebabkan oleh hama menyebabkan kondisi tanaman menjadi tidak normal lagi. Tanaman yang terserang akan menunjukkan suatu kelainan bila dibandingkan dengan tanaman yang sehat. Tanda-tanda yang tampak dari luar pada tanaman yang sakit adalah:
  • Terjadi perubahan warna pada organ tanaman, seperti daun dan batang menguning atau coklat
  • Tanaman layu sebagai akibat sel-sel dan jaringan tanaman dirusak hama, bahkan tanaman tersebut dapat mat
  •  Tanaman kerdil karena fungsi jaringan terganggu sehingga tidak dapat menyalurkan makanan dengan baik.

b) Penyakit
Di alam terdapat berpuluh-puluh ribu penyakit yang menyerang tumbuhan, dan setiap tumbuhan dapat diserang oleh bermacam-macam penyakit. Sebaiknya setiap jenis penyakit dapat pula menyerang satu atau beratus-ratus macam tumbuhan. Tanaman apabila sudah terserang penyakit pertumbuhan tidak akan normal, bahkan apabila penyakitnya tidak dikendalikan akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan dan produksi tanaman.