Wednesday, April 1, 2015

Persyarata lokasi penanaman rumput laut

Lokasi penanaman rumput laut harus memperhatikan beberapa persyaratan antara lain :
1) Persyaratan lokasi secara ekologis
Persyaratan lokasi penanaman secara ekologis merupakan hal utama yang harus diperhatikan pada pemilihan lokasi budidaya rumput laut. Beberapa syarat pemilihan lokasi secara ekologis antara lain :

a) Keterlindungan
Lokasi budidaya rumput laut harus terlindung dari pengaruh angin dan gelombang yang besar, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan secara fisik terhadap sarana budidaya rumput laut. Lokasi yang terlindung biasanya terletak di perairan teluk atau perairan terbuka tetapi terlindung oleh adanya penghalang atau pulau di depannya. Keterlindungan ini juga dapat bersinggungan dengan benturan kepentingan dengan area pendaratan kapal ikan khususnya di perairan laut, sehingga sebaiknya lokasi penanaman rumput laut tidak berdekatan dengan daerah pendaratan ikan atau daerah yang dilalui kapal penangkapan. Pada rumput laut yang dibudidayakan di tambak, pengaruh angin dan gelombang juga dapat mempengaruhi pasang surut air yang masuk ke areal tambak yang secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap kadar salinitas perairan.


b) Topografi
Topografi cukup signifikan untuk dijadikan ukuran tingkat kerataan lahan, topografi harus dipertimbangkan untuk penanaman rumput laut di tambak. Daerah yang memupunyai topografi bergelombang perlu dipertimbangkan untuk diratakan apabila akan dijadikan lahan pertambakan atau area penanaman rumput laut, karena akan berpengaruh terhadap pembiayaan pada kegiatan persiapan lahan. Sedapat mungkin, lokasi tambak harus mempunyai kontur yang relatif rata, sehingga memudahkan dalam pengerjaan pembuatan tambak dengan biaya yang relatif lebih murah. Selain itu, topografi sangat berkaitan dengan letak ketinggian lokasi yang sangat berpengaruh terhadap pasang surut yang nantinya juga akan mempengaruhi suplai air ke dalam area pertambakan. Semakin tinggi letak lokasi terhadap pasang surut, akan membutuhkan upaya lebih, khususnya berkaitan dengan biaya pemindahan air.

c) Sumber air tawar
Lokasi penanaman rumput laut yang dilakukan di laut seperti Eucheuma sp sebaiknya jauh dari sumber air tawar seperti sungai atau

muara. Namun hal ini berbalik dengan rumput laut yang dibudidayakan di tambak seperti Gracilaria sp, sumber air tawar justru perlu untuk dipertimbangkan, karena sumber air tawar akan mendukung percampuran air tambak yang akan membuat salinitas air tambak tetap dalam kondisi payau. Perubahan salinitas yang drastis dapat mempengaruhi sistem osmolaritas rumput laut itu sendiri sehingga jika ada perubahan salinitas yang fluktuatif pada kegiatan budidaya rumput laut dapat berpengaruh terhadap kehidupan rumput laut itu sendiri.


d) Elevasi
Elevasi atau kemiringan lahan berkaitan dengan, kemampuan irigasi untuk mencapai pada suatu tempat. Semakin tingi letak lokasi akan semakin susah dijangkau oleh pasang surut. Semakin landai letak lokasi, daerah yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan tambak akan semakin banyak, karena semakin mudah dijangkau oleh pasang surut. Elevasi juga dapat dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut yang dibudidayakan di daerah pesisir, khususnya yang menggunakan sistem dasar dan lepas dasar.


e) Pasang surut
  1. Pasang surut sangat penting bagi perikanan, khususnya budidaya rumput laut di tambak. Pemasukan dan pengeluaran air tambak sangat bergantung pada pasang surut. Dilihat dari pada gerakan permukaan laut, maka pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 jenis, yaitu; Pasang surut harian tunggal (diurnal tide), yaitu terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam sehari, misalnya di Selat Karimata.
  2. Pasang surut harian ganda (semi diurnal), yaitu terjadi dua kali surut dalam sehari, misalnya di Selat Malaka dan Laut Andaman.
  3.  Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semi diurnal), yaitu terjadi dua kali surut sehari yang berbeda dalam tinggi dan waktu, misalnya di perairan Indonesia Timur.
  4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (Mixed tide prevailing diurnal), yaitu terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam sehari yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktunya, misalnya di pantai selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.

f) Kondisi dasar perairan
Semua makhluk hidup memerlukan tempat tumbuh untuk menunjang hidupnya. Tempat hidup rumput laut berfungsi untuk tempat menempelnya rumput laut agar tahan terhadap terpaan ombak. Kebanyakan tempat menempel rumput laut berupa karang mati atau cangkang moluska walaupun dapat juga berupa pasir atau lumpur. Substrat yang umum ditumbuhi oleh rumput laut secara alami di perairan Indonesia adalah pasir dan karang. Kedua jenis substrat tersebut berada di perairan dangkal di sekeliling kepulauan Indonesia. Eucheuma umumnya tumbuh di daerah pasang surut (intertidal), atau daerah yang selalu terendam air (subtidal), melekat pada substrat di dasar perairan yang berupa karang batu mati, karang batu hidup, batu gamping, atau cangkang moluska. Pada rumput laut yang ditanam di tambak seperti Gracilaria sp harus memiliki dasar perairan tanah berpasir, dan harus terhindar dari dasar perairan yang berlumpur agar rumput laut yang ditanam tidak mudah tertutup oleh lumpur yang terbawa oleh gerakan air.



g) Gerakan air (arus dan gelombang)
Kenyataan bahwa gelombang kebanyakan berjalan pada jarak yang luas, sehingga mereka bergerak makin jauh dari tempat asalnya dan tidak lagi dipengaruhi langsung oleh angin. Sifat-sifat gelombang dalam hal ini besar kecilnya dan kecuraman dipengaruhi oleh kecepatan angin waktu dimana angin sedang bertiup dan jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup (fetch).
Bentuk gelombang akan berubah dan akhirnya pecah ketika mereka sampai di pantai. Pecahnya gelombang ini sering disertai dengan gerakan maju ke depan yang berkekuatan sangat besar yang dapat merusak kontruksi budidaya. Bila sebuah gelombang pecah, airnya akan dilemparkan jauh ke depan sampai mencapai daerah pantai sebagai sebuah arus. Kebanyakan rumput laut mampu mentoleransi

aksi gelombang yang besar dan terekspos pada daerah intertidal berbatu dan substrat yang padat.
Gerakan air, selain berfungsi untuk mensuplai zat hara juga membantu memudahkan rumput laut menyerap zat hara, membersihkan kotoran yang ada, dan melangsungkan pertukaran CO2 dengan O2 sehingga kebutuhan oksigen tidak menjadi masalah. Arus di daerah pantai sangat dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut, kecepatan angin, kecepatan pergerakan air tawar dan transportasi gelombang.


Arus dapat menimbulkan gerakan air yang dapat berfungsi sebagai pensuplai zat hara, juga membantu memudahkan rumput laut menyerap zat hara, membersihkan kotoran, serta melangsungkan pertukaran CO2 dan O2, sehingga kebutuhan oksigen tidak menjadi masalah. Kecepatan arus yang baik untuk budidaya berkisar antara 20-40 cm/det.
Sedangkan kecepatan angin dapat menambah kecepatan arus permukaan sebesar 1 – 5% dari kecepatan angin dan pengaruhnya hanya sampai pada kedalaman tertentu (efektif pada kedalaman 0,5

m). kecepatan dan arah arus disuatu perairan penting untuk diketahui karena untuk menghindari adanya massa air yang tidak bergerak ’death water bodies’ pada suatu saat di lokasi, yang akan berakibat fatal bagi biota laut yang dibudidayakan.

Lokasi penanaman rumput laut yang dilakukan di laut sebaiknya menghindari daerah perairan dengan angin dan arus yang besar, karena hal ini dapat merusak konstruksi penanaman rumput laut. atau menyebabkan lepasnya ikatan pada penanaman rumput laut. Sedangkan penanaman rumput laut yang dilakukan di tambak jika gerakan angin terlalu kencang dapat mengakibatkan tertutupnya tanaman rumput laut oleh lumpur sehingga dapat menyebabkan kematian pada tanaman rumput laut.

h) Kedalaman
Alga bersifat autotrof, yaitu dapat hidup sendiri tanpa tergantung makhluk lain. Proses pertumbuhan rumput laut sangat bergantung pada sinar matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Kedalaman perairan di suatu daerah akan membatasi penetrasi cahaya matahari dimana secara tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan biota laut yang ada di dalamnya, karena jumlah oksigen untuk respirasi fauna akan semakin berkurang dengan semakin dalamnya perairan yang disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk dalam perairan kecil. Hal ini dapat menyebabkan laju fotosintesis rumput laut akan semakin menurun.

Perairan yang dangkal kecepatan arus relatif cukup besar dibandingkan dengan kecepatan arus pada daerah yang lebih dalam (Odum, 1979). Semakin dangkal perairan semakin dipengaruhi oleh pasang surut, yang mana daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut mempunyai tingkat kekeruhan yang tinggi. Kedalaman perairan berpengaruh terhadap jumlah dan jenis organisme yang mendiaminya, penetrasi cahaya, dan penyebaran plankton. Dalam kegiatan budidaya variabel ini berperanan dalam penentuan instalasi budidaya yang akan dikembangkan dan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut.

Kedalaman sangat mempengaruhi metode penanaman yang akan digunakan untuk budidaya rumput laut. Metode budidaya rumput laut juga dapat dikelompokkan berdasarkan posisi penanamannya pada kedalaman tertentu. Kedalaman yang baik untuk budidaya rumput laut metode lepas dasar berkisar 30 – 60 cm saat surut, dan 1 – 15 m untuk metode apung, dengan sistem jalur. Kondisi ini untuk menghindari rumput laut mengalami kekeringan dan mengoptimalkan perolehan sinar matahari.

No comments:

Post a Comment