Monday, March 2, 2015

Jenis dan ukuran tempat persemaian/pembibitan tanaman

Untuk mendukung tumbuhnya benih dan kecambah yang disemai serta penyapihan bibit yang baik, maka dibutuhkan suatu tempat yang sesuai dengan keperluannya. Umumnya tempat pembibitan yang banyak digunakan antara lain :

1) Raised bed
Adalah tempat pembibitan yang berbentuk bedengan atau guludan pada lahan datar tanpa menggunakan atap/naungan diatasnya.
 
2) Sunked bed
Adalah tempat pembibitan yang berbentuk bedengan dan pada bagian-bagian atasnya diberi atap/naungan yang dapat dibuka tutup.
Tempat pemibibitan ini biasanya digunakan untuk daerah yang kelembabannya rendah dan tiupan anginnya cukup kencang. Tempat pembibitan jenis Sunked Bed yang banyak digunakan antara lain :

a) Shade house
Adalah tempat pembibitan yang berbentuk bedengan/guludan pada lahan datar dengan dilengkapi naungan yang dapat dibuka dan ditutup pada bagian naungannya.

b) Green house
Green house adalah tempat pembibitan yang berbentuk rumah kaca yang dapat dikendalikan temperaturnya dan kelembaban udara didalamnya sesuai dengan kebutuhan benih kecambah yang ditanam.

Pada dasarnya tempat pembibitan dibuat dengan cara yang sama, terdiri dari bedengan dengan naungan atau tanpa naungan. Hanya bedanya dalam perlakuannya tergantung pada tujuan kebutuhan

c. Bedengan
Bedengan merupakan luasan lahan tertentu yang dibuat untuk menghindari terjadinya genangan air pada tempat pembibitan yang dapat mengakibatkan jeleknya aerasi. Bedengan dibuat memanjang dengan arah utara selatan dengan maksud agar bedengan tersebut dapat menerima cahaya matahari dengan cukup dan merata.

Ukuran yang digunakan untuk membuat bedengan ini adalah:
1) Lebar bedengan 100 – 150 cm
Lebar bedengan ini dapat lebih atau bahkan kurang dari ukuran itu. Hal ini tergantung dari tujuan kebutuhan pembibitan.
 
2) Panjang bedengan 5 – 10 m
Panjang bedengan ini biasanya disesuaikan dengan kebutuhan, bisa lebih dari 5 m atau kurang dari ukuran 10 m. Jika kebutuhannya lebih dari 10 m, sebaiknya dibuat bedengan baru dengan ukuran yang sesuai kebutuhannya dengan jarak antar bedengan 0,5 m atau lebih.

3) Tinggi bedengan 20 cm
Tinggi bedengan ini bisa kurang 20 cm atau lebih dari 20 cm. Sesungguhnya tinggi bedengan ini, susah dipastikan. Bedengan yang ditinggikan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya genangan air pada lahan bedengan yang dapat mengganggu pertumbuhan akan pada tanaman muda.

Umumnya macam bedengan yang direkomendasikan untuk digunakan sebagai tempat tumbuhnya benih terdiri dari :
1) Bedengan yang digunakan sebagai tempat untuk menumbuhkan benih secara langsung.
Bedengan ini biasanya dibuat tempat untuk menyemai benih yang jenis tumbuhnya agak lama dan mudah dipindahkan kecambah/bibitnya misal : ceisin, tomat dan lain-lain.
 
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan bedengan ini antara:
a) Tanah dikondisikan gembur dan subur
b) pH tanah dikondisikan netral atau sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Kondisi fisik tanah yang gembur dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan akar, terutama kebutuhan aerasi yang cukup. Sedangkan kesuburan dibutuhkan tanah sebagai hara/makanan bagi benih setelah berkecambah agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi bibit. Untuk mengkondisikan tanah menjadi gembur dan subur dapat dilakukan dengan cara mencampur pupuk organik (pupuk kandang, kompos), pasir dan tanah dalam jumlah tertentu sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan jenis benih yang disemai.

2) Bedengan sebagai tempat polibag, pot dan bak perkecambahan dari benih yang disemai
Pada bedengan ini, tanah bedengan tidak perlu dibuat menjadi gembur dan subur bedengan cukup ditinggikan dari permukaan tanah (misal 20 cm) dan permukaannya dibuat rata.
Benih yang disemai pada bedengan, pada awal pertumbuhannya diperlukan kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembaban yang optimal untuk memenuhi pertumbuhannya. Untuk memenuhi kondisi tersebut pada bedengan diberi naungan.
Naungan yang dimaksud sebagai suatu atap peneduh bagi benih kecambah yang disemai, kecambah ataupun bibit yang masih muda yang belum mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan di lokasi penanaman yang sebenarnya.

Fungsi naungan :
a) Untuk melindungi tanaman muda terhadap sengatan terik matahari dan jatuhnya air hujan deras.
b) Untuk menyediakan intensitas sinar matahari yang sesuai dengan kebutuhan tanaman muda.
c) Mencegah terjadinya penguapan yang terlalu besar pada tanaman muda.
d) Mengatur sinar matahari yang masuk ke pembibitan hanya berkisar antara 30 - 60% saja.
e) Menciptakan iklim mikro yang ideal bagi pertumbuhan awal bibit.
f) Menghindarkan bibit dari sengatan matahari langsung yang dapat membakar daun-daun muda.
g) Menurunkan suhu tanah di siang hari, memelihara kelembaban tanah, mengurangi derasnya curahan air hujan dan menghemat penyiraman air.

Jenis naungan berdasarkan bentuknya adalah :
a) Naungan bentuk atap datar atau horizontal
b) Naungan bentuk miring
c) Naungan bentuk sungkup.
 
Naungan sebagai pelindung tanaman muda dapat dibuat dari berbagai bahan seperti: plastik transparan, paranet, daun kelapa, alang-alang dan lain-lain. Ukuran yang digunakan untuk naungan : lebar dan panjangnya disesuaikan dengan ukuran bedengan.

Umumnya naungan ini, dirancang menghadap ke arah Timur – Barat, dengan tujuan agar tanaman muda mendapatkan sinar matahari pagi lebih banyak di bandingkan dengan sore hari. Sedangkan tinggi naungan disesuaikan dengan bentuk naungan dan jenis tanaman.
Misal : Bentuk naungan miring menghadap Timur – barat. Bentuk naungan ini dibuat dengan ukuran sebelah timur dengan tinggi antara 120 – 180 cm, sedang sebelah baratnya antara 90 – 120 cm. Bentuk sungkup tinggi antara 50 – 75 cm

Penentuan tinggi, pada dasarnya adalah dengan mempertimbangkan tinggi maximal tanaman muda di tempat pembibitan, pada ujung pucuk tanaman muda harus ada jarak dengan atap naungan yang lebarnya disesuaikan dengan pengaliran serkulasi udara, suhu dan kelambaban. Untuk membuat naungan, pemasangan kerangka naungan dengan menggunakan bahan dari bambu, kayu, besi dan lain-lain yang berbentuk tiang yang ditancapkan pada bagian sudut-sudut bedengan dan bagian pinggir lainnya. Kemudian memasang atapnya dengan bahan plastik transparan, anyaman daun kelapa, paranet dan lain-lain pada bagian atasnya. Untuk naungan yang berbentuk sungkup, bentuk kerangka naungannya dibentuk sungkup pada sepanjang bedengan.

No comments:

Post a Comment