Sunday, March 22, 2015

Macam-macam cara pengomposan?

 langkah-langkah pengomposan dapat secara fabrikasi, alami, manual maupun modern.
1) Pengkomposan secara alami
Pengkomposan ini tidak perlu melalui proses, karena tumpukan sampah sudah mengalami proses pembusukan dan penghancuran selama beberapa lama di alam terbuka. Tanah bekas timbunan sampah yang sudah berlangsung lama, kira-kira sudah lebih dari setahun digali. Sampah yang sudah menyerupai tanah, dipisahkan dari bahan-bahan lain yang tidak bisa lapuk, seperti pecahan kaca, dan lembaran plastic. Selanjutnya tanah sampah dijemuk hingga kering,. Hasilnya adalah berupa pupuk kompos yang siap pakai.

2) Pengkomposan secara manual
Sampah garbage, kotoran dan air kencing ternak merupakan bahan dasar pembuatan kompos. Sebagai pemacu proses pengkomposan perlu disiapkan pupuk urea dan pupuk P serta abu dapur. Abu dapur berfungsi untuk menetralisasi terjadinya keasaman selama berlangsungnya proses pengkomposan. Selanjutnya campuran jerami dan sampah ditimbun dalam bedengan berukuran 2,5 x 2,5 m sampai setinggi 25 cm. Di atasnya ditimbun campuran kotoran dan air kencing. Demikian seterusnya sampai setinggi 1,5 m, dan pada lapisan atas ditaburi abu setebal 10 cm. Pada hari ke 15, campuran dibolak-balik, dan diulang pada saat umur pengkomposan 30 hari dan 60 hari. Biasanya setelah diproses selama 3 bula, kompos sudah matang dan bisa segera dimanfaatkan.

3) Pengkomposan secara modern dengan mikroorganisme
Bahan organic yang dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme untuk menghasilkan kompos banyak ragamnya, antara lain dedak padi, dedak jagung, sekam padi, kulit kacang, jerami, ampas kelapa, rumput, serbuk gergaji, . Diantara bahan0bahan tersebut, dedak padi sangat dianjurkan untuk digunakan, karena bahan tersebut mengandung gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme.

Mikroorganisme yang bermanfaat dalam meningkatkan kualitas tanah adalah bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes, dan jamur pergian,
Mikroorganisme membutuhkan fosfor (P) untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Nisbah C/P yang diinginkan adalah 75-150. Dedaunan, residu berkayu dan pangkasan rumput biasanya berkadar P rendah. Batuan fosfat dan kotoran ayam merupakan sumber P yang baik. Untuk setiap meter kubik limbah berkayu diperlukan 0,5 kg batuan fosfat atau 7 kg kotoran ayam. Sumber P terbaik adalah pupuk TSP yang mengandung 48% P.
 
Bahan-bahan akan didekomposisikan lebih cepat bila dipotong-potong dalam ukuran 5-10 cm. Bila menggunakan rumput laut sebagai bahan terlebih dahulu dicuci untuk menghilangkan kelebihan garam. Untuk limbah serbuk gergaji, serutan kayu, dan lain-lain(nisbah C/N 80) tambahkan 1-2 kg Urea per meter kubik untuk menetralkan produk

a) Kelembaban
Bahan kompos yang kelembannya lebih kecil dari 40% tidak akan cepat terdekomposisi. Sebaliknya bahan yang kelembabannya lebih besar 60% memberikan suasana reaksi anaerob (tidak ada oksigen), menghasilkan bau busuk dan lambat terdekomposisi. Idealnya kelembaban berkisar antara 50-55%.
Bahan yang kering diberi air hingga kelembaban mencapai 50-55%. Untuk mempertahankan kelembaban timbunan kompos, pemberian air sewaktu-waktu pada cuaca panas perlu diberikan

b) Mikroorgnisme
Ratusan spesies mikroorganisme, kebanyakan bakteri, jamur dan aktinomisetes (cabang bakteri) terlihat pada dekomposisi bahan organic dalam timbunan kompos. Mikroorganisme ini ditemukan secara alami dalam kompos, bahan organic, dan tanah. Mikroorganisme segera bekerja pada saat kelembaban dan konsentrasi oksigen menguntungkan.

Sebenarnya untuk mempercepat pengkomposan tdak diperlukan tambahan khusus (inokulan) jamur, bakteri dan emzim, apabila Nisbah C/N, kelembaban. Dan aerasi dalam kondisi ideal sehingga dekomposisi dapat berjalan secara sempurna kecuali untuk serbuk gergaji dan ganggang laut yang tidak banyak mengandung mikroorganisme.

c) Oksigen
Bahan organic akan lebih cepat didekomposikan oleh mikroorganisme arobis yaitu mikroorganisme yang membutuhkan oksigen. Bila tidak cukup tersedia oksigen timbunan, mikroorganisme anaerob memegang peranan dan menghasilkan produk yang buruk, yang ditandai oleh bau busuk, pH rendah, yang dapat menjadi racun bagi tanaman.
Aerasi yang baik sangat penting untuk memperoleh produk akhir kompos yang dapat digunakan secepat mungkin. Pembalikan timbunan memungkinkan lebih banyak oksigen yang tersedia dan membantu mempercepat dekomposisi.

No comments:

Post a Comment