Budidaya
Sidat
Sidat adalah ikan
yang memiliki tubuh seperti belut/ular yang hidup di air. Ada dua jenis, yaitu
sidat laut dan sidat air tawar. Ikan ini masuk dalam Ordo Anguilliformes, yang
terdiri atas 4 sub ordo, 19 famili, 110 genera, dan 400 spesies. Akhir-akhir
ini sidat banyak diburu orang karena kandungan proteinnya yang sangat tinggi. Ini
adalah peluang bisnis yang menggiurkan, banyak orang berusaha untuk melakukan
bisnis ikan sidat, namun kendalanya, belum ada teknologi tepat guna untuk
teknik budidayanya yang mudah. Kebanyakan orang mendapatkan ikan sidat dari
memancing di sungai atau dalam istilah lokal “matet”.
Sebuah penelitian di Jepang yang dilakukan oleh seorang Ilmuwan Jepang yang bekerja pada the National Research Institute of Aquaculture, Fisheries Research Agency mengumumkan pada tanggal 8 April 2010 bahwa mereka telah berhasil membesarkan ikan sidat. Mereka telah berhasil menemukan teknik budidaya ikan sidat. Penemuan ini diklaim menjadi penemuan pertama di dunia. Keberhasilan ini sangat disambut gembira, karena ikan sidat sebagai makanan tradisional jepang, akhir-akhir ini diperkirakan akan punah. Dengan penemuan ini, ada harapan bahwa ikan sidat akan terlindungi dari kepunahan, hal ini sangat melegakan masyarakat Jepang.
Kalau orang Jepang bisa melakukan
teknik budidaya sidat, mengapa tidak dengan kita orang Indonesia yang nota bene
kaya akan ide kreatif dan inspiratif. Mari kita gali Kekayaan alam kita,
manfaatkan untuk memenuhi hajat hidup orang banyak. Hal yang dirasa tidak mungkin,
jika kita tekun dan berusaha keras, niscaya akan menemukan keberhasilan yang
sangat menggembirakan.
Sidat merupakan jenis belut yang di Jepang dikenal sebagai unagi adalah ikan yang memiliki cita rasa lezat dan populer di negeri Jepang. Hasil olahan dari ikan sidat dapat ditemukan atau banyak dijual di toko-toko makanan dan restoran di Jepang. Kekhawatiran pemerintah dan masyarakat Jepang sama dengan yang terjadi di Indonesia, kondisi ikan sidat dewasa di alam semakin berkurang, populasinya semakin sedikit dan hampir punah karena penangkapan oleh manusia, sementara itu, ikan sidat kecil atau anakan telah ditangkap dalam jumlah banyak di alam liar. Sehingga populasi ikan sidat di alam semakin menurun.
Untuk memberikan solusi atas permasalahan di atas maka telah diadakan sebuah uji coba teknik budidaya sidat dengan mempelajari metode pemeliharaan dengan teknik buatan (bukan alami). Usaha ini dilakukan hingga berhasil melakukan pemeliharaan dan pemijahan ikan sidat, serta dapat membesarkan ikan sidat hingga panen. Sungguh penemuan yang luar biasa. Mudah-mudahan di negara kita tercinta ini juga ada ilmuwan yang rela meluangkan waktunya untuk mengikuti jejak ilmuwan Jepang tersebut, demi memanfaatkan potensi alam negara kita. Amiin.
Sidat merupakan jenis belut yang di Jepang dikenal sebagai unagi adalah ikan yang memiliki cita rasa lezat dan populer di negeri Jepang. Hasil olahan dari ikan sidat dapat ditemukan atau banyak dijual di toko-toko makanan dan restoran di Jepang. Kekhawatiran pemerintah dan masyarakat Jepang sama dengan yang terjadi di Indonesia, kondisi ikan sidat dewasa di alam semakin berkurang, populasinya semakin sedikit dan hampir punah karena penangkapan oleh manusia, sementara itu, ikan sidat kecil atau anakan telah ditangkap dalam jumlah banyak di alam liar. Sehingga populasi ikan sidat di alam semakin menurun.
Untuk memberikan solusi atas permasalahan di atas maka telah diadakan sebuah uji coba teknik budidaya sidat dengan mempelajari metode pemeliharaan dengan teknik buatan (bukan alami). Usaha ini dilakukan hingga berhasil melakukan pemeliharaan dan pemijahan ikan sidat, serta dapat membesarkan ikan sidat hingga panen. Sungguh penemuan yang luar biasa. Mudah-mudahan di negara kita tercinta ini juga ada ilmuwan yang rela meluangkan waktunya untuk mengikuti jejak ilmuwan Jepang tersebut, demi memanfaatkan potensi alam negara kita. Amiin.
Sebagai tanggapan, para ilmuwan di Badan Riset Perikanan
mulai mempelajari metode pemuliaan buatan. Pada tahun 2002 Badan telah dicapai
artifisial pemupukan dan mengerami telur belut. Badan ini juga telah sukses
dalam meningkatkan larva belut hingga jatuh tempo.
Tahun ini Badan mengambil matang, belut artifisial mengangkat, berkisar antara usia maka 2 sampai 5 tahun, dan mampu mengulangi proses pembuahan sel telur dan inkubasi.
The Asahi melaporkan bahwa pada tanggal 26 Maret, sekitar 250.000 telur dari satu belut yang dibuahi, dimana 70% berhasil diinkubasi. Pada April-2 larva belut sedang nutrisi pakan, dan 100.000 masih hidup pada 8 April. Hal ini telah menunjukkan penyelesaian siklus budidaya pertanian-gaya untuk belut.
Sementara para peneliti mencatat bahwa teknologi yang digunakan masih sangat mahal, dan lainnya telah disebutkan perlunya penentuan keselamatan dan rasa dari belut artifisial mengangkat, sarana untuk menyelamatkan hewan dari kepunahan overfishing dan mungkin telah ditemukan.
Hal ini juga bisa dipastikan bahwa hasil penelitian ini akan membantu secara drastis mengurangi harga belut dalam negeri di Jepang, dan menghasilkan ekspor yang potensial baru untuk pasar di seluruh dunia.
Tahun ini Badan mengambil matang, belut artifisial mengangkat, berkisar antara usia maka 2 sampai 5 tahun, dan mampu mengulangi proses pembuahan sel telur dan inkubasi.
The Asahi melaporkan bahwa pada tanggal 26 Maret, sekitar 250.000 telur dari satu belut yang dibuahi, dimana 70% berhasil diinkubasi. Pada April-2 larva belut sedang nutrisi pakan, dan 100.000 masih hidup pada 8 April. Hal ini telah menunjukkan penyelesaian siklus budidaya pertanian-gaya untuk belut.
Sementara para peneliti mencatat bahwa teknologi yang digunakan masih sangat mahal, dan lainnya telah disebutkan perlunya penentuan keselamatan dan rasa dari belut artifisial mengangkat, sarana untuk menyelamatkan hewan dari kepunahan overfishing dan mungkin telah ditemukan.
Hal ini juga bisa dipastikan bahwa hasil penelitian ini akan membantu secara drastis mengurangi harga belut dalam negeri di Jepang, dan menghasilkan ekspor yang potensial baru untuk pasar di seluruh dunia.
No comments:
Post a Comment